Dinkes Temukan Iftar Berbahaya di Serang

Rep: Hilman Fauzi/ Red: Winda Destiana Putri

Selasa 23 Jun 2015 18:41 WIB

Iftar (ilustrasi) Foto: Antara/Rivan Awal Lingga Iftar (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Dinas Kesehatan Provinsi Banten berhasil menemukan iftar berbahaya yang mengandung zat kimia di Pasar Induk Rau (PIR).

Zat-zat tersebut ditemukan di makanan berbuka puasa, seperti kolang kaling, bubur pacar cina, agar-agar, bahkan cincau. Tim Dinas Kesehatan Banten mengungkap hal tersebut usai melakukan uji sampel beberapa jajanan di PIR, Kota Serang, Selasa (23/6).

Sampel yang diambil merupakan jajanan yang menjadi langganan untuk beruka puasa dan hasilnya makanan tersebut mengandung zat-zat kimia berbahaya, seperti boraks, pewarna makanan (rodanim), dan formalin.

"Dari sampel makanan yang diambil antara lain makanan yang positif mengandung formalin tahu kuning, sedangkan agar-agar, bubur pacar cina, dan kolang kaling mengandung zat rodanim," kata Kepala Seksi Penyehatan Lingkungan dan Pengawasan Makanan (Keslim) pada Dinkes Banten, Rostina, di Pasar Rau, Selasa (23/6).

Ia menuturkan, kadar formalin tertinggi ditemukan pada tahu kuning. Sementara, jajanan lainnya berkadar rendah. "Tahu kuning kadar formalinnya paling tinggi, yakni berada di angka 1,5. Sementara tahu putih hanya nol koma sekian. Namun, walaupun kadarnya rendah tentu saja jika dikonsumsi setiap hari akan terjadi penumpukan yang sangat berbahaya bagi tubuh," katanya.

Beberapa sampel jajanan yang diambil tapi tidak berbahaya, antara lain, bakso, tahu putih, dan tahu jadi. "Semua jenis tahu kami ambil sampelnya. Hasilnya ada jenis tahu putih yang positif formalin, ada juga yang negatif," ucapnya.

Setelah dinyatakan positif, tim Dinkes mendatangi penjual makanan tersebut dan didata untuk dilakukan pembinaan. Selanjutnya Dinkes akan melakukan pembinaan, sedangkan untuk penindakan diserahkan kepada Balai POM dan kepolisian.

Uji sampel makanan akan terus berlanjut, dimulai per 23 hingga 26 Juni mendatang di seluruh pasar di Banten. "Hari ini diawali di Pasar Rau dan Pasar Ciruas. Selanjutnya pasar-pasar lain di kabupaten/kota lain, seperti pasar kelapa dua, tanah tinggi, dan BSD," ucapnya.

Salah satu faktor masih beredarnya makanan berbahaya di pasaran tersebut karena bebasnya jual-beli zat-zat kimia berbahaya seperti formalin dan pewarna tekstil. "Memang di kita masih mudah mendapatkan bahan-bahan kimia seperti itu," ujarnya.

Terpopuler