REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di sebuah negara yang minoritas Muslim, akan sulit didapatkan tradisi saling membangunkan, mengingatkan dan bertukar sajian berbuka puasa.
Para umat Islam mungkin hanya mengandalkan jam tangan mereka untuk menandai waktu sahur dan berbuka puasa lantaran tidak adanya suara azan.
Seperti di Australia, para Muslim mengandalkan jam tangan selama menjalankan ibadah puasa. Beruntung, jam puasa di Autralia merupakan salah satu jam puasa terpendek di dunia. Muslim Australia berbuka puasa sekitar pukul 17.00 waktu setempat. Waktu tersebut merupakan jam pulang dari kantor sehingga biasanya mereka melakukan buka puasa saat berada di jalan
Ailia Rizvi, salah seorang Muslim yang bekerja di ABC Southbank, mengungkapkan, baginya berpuasa merupakan suatu tantangan tersendiri ketika tinggal di negara minoritas Islam.
"Menjadi tantangan sendiri ketika rekan kerja mulai memanaskan bekal makan siang mereka, kita akan mencium aroma makanan mereka," kata Ailia, seperti dilansir ABC Australia, Selasa (23/6).
Seorang pelajar Pakistan di Australia, Zehra Kazmi, menuturkan hal yang sama. Menurutnya sangat menarik saat dia yang sedang berpuasa dan menyesuaikan kebiasaan masyarakat mayoritas yang tidak berpuasa. Ia juga harus kuat menahan dogaan karena toko makanan dan restoran tidak ada yang tutup.
"Teman-teman di sekolah juga makan seperti biasanya. Di jalanan pun restoran tetap buka, saya harus berpura-pura tidak lapar," ucap Zehra.
Walaupun demikian, umat Islam di Australia tetap mendapat hidangan istimewa dari Masjid-Masjid. Setiap Masjid selalu menyajikan hidangan buka puasa. Sebagian besar Muslim Australia pun memilih berbuka puasa di Masjid.