REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Pengelolaan Masjid Agung Kulonprogo yang berada di Jalan KH Ahmad Dahlan, diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. Serah terima dilakukan Ketua Takmir Masjid Agung, H.Fauzan kepada Bupati Kulonprogo, H Hasto Wardoyo bersamaan safari Tarawih di Gedung DPRD Kulonprogo, Senin (22/6) malam.
Masjid Agung Kulonprogo dibangun pada tahun 1990 di atas tanah milik Pemda DIY seluas 3.332 meter persegi. Masjid yang berada di jalan provinsi Yogyakarta – Purworejo ini dilengkapi dengan tempat wudhu putra-putri, miniatur Ka’bah untuk manasik haji, tempat parkir, tempat pendidikan Alquran dan sarana lainnya. Masjid ini sangat strategis untuk beristirahat bagi wisatawan atau pengendara kendaraan jarak jauh. Namun kondisinya kurang terawat karena minimnya dana perawatan yang dimiliki takmir masjid.
Bupati H Hasto Wardoyo menyampaikan dengan serah terima ini, Pemda Kulonprogo secara sah memiliki aset Masjid Agung Kulonprogo. Sehingga pihaknya dapat mengelola dan mengembangkan pemanfaatannya.
“Untuk tahun 2015 ini, melalui anggaran APBD perubahan merencanakan alokasi anggaran Rp 100 juta. Untuk tahun-tahun berikutnya merencanakan alokasi anggaran pada APBD Murni sebesar Rp 400 -500 juta setiap tahunnya,” kata Hasto.
Sementara Ketua Panitia Safari Tarawih, Riyadi Sunarto yang juga Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat mengatakan maksud dan tujuan safari tarawih ini sebagai sarana upaya meningkatkan iman taqwa PNS di lingkungan Pemkab Kulonprogo. Selain itu, juga sebagai sarana untuk menjalin silaturahmi antara Pemkab Kulonprogo dan Forkompimda dengan masyarakat.
Kulonprogo akan menggelar safari tarwih 14 kali putaran yang dimulai Senin (22/6) di Gedung DPRD. Selanjutnya, safari tarawih akan dilanjutkan di 12 Kecamatan, dan terakhir dilaksanakan Rabu, (15/7) di Rumah Dinas Bupati. “Setiap pelaksanaan safari akan diserahkan bantuan Rp 2,5 juta dari Bazda dan CSR kepada masjid yang ditempati.” kata Riyadi.
Sedang Ketua DPRD Kulonprogo, Akhid Nuryati menyampaikan banyak manfaat terkait safari tarawih. Di antaranya, pertama, dapat menjadi ajang silaturahmi dan mengenal lebih jauh antara Pemda dan masyarakat. Kedua, menjadi media penyampaian informasi keberhasilan pembangunan dan program pembangunan yang akan dilaksanakan kepada masyarakat. Ketiga, bisa sebagai wadah nampung aspirasi dan harapan masyarakat meski sudah banyak media dan momentum yang dapat digunakan.
“Namun pertemuan dalam wadah safari memiliki aura dan suasana kebatinan yang berbeda, karena diawali kepentingan dalam mengupayakan peningkatan derajat taqwa, yakti berpuasa bersama, berbuka bersama, ibadah shalat Isya, tarawih dan witir berjamaah baru kemudian dilanjutkan dengan berdiskusi dalam hasrat epistemic untuk memikirkan persoalan-persoalan sosial dan kebutuhan pembangunan Kulonprogo khususnya, dan Indonesia pada umumnya” kata Akhid Nuryati.