Minim Masjid, Siswa Ini Sewa Hotel untuk Shalat Tarawih

Rep: C93/ Red: Winda Destiana Putri

Selasa 23 Jun 2015 09:53 WIB

Umat Muslim menggelar shalat tarawih di bulan suci Ramadhan. (ilustrasi) Foto: AP/Anjum Naveed Umat Muslim menggelar shalat tarawih di bulan suci Ramadhan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, ALKHOBAR -- Mahasiswa asal Arab yang mendapat beasiswa di luar negeri menghadapi kesulitan di bulan Ramadhan.

Tak lain karena mereka merindukan suasana spiritual berbuka puasa di kampung halamannya di mana seluruh keluarga berkumpul bersama dalam satu meja setiap malam.

Tantangan lain yang dihadapi adalah jam puasa yang lebih lama. Malahan sebagian dari mereka harus menghabiskan sebagian besar waktu mereka di universitas dalam menghadiri kuliah dan jenis studi lainnya.

Dalal Al-Harbi contohnya, seorang penerima beasiswa dari Alkhobar yang belajar di Colorado di AS mengatakan, sangat jelas terasa perbedaan suasana Ramadhan di Amerika. Perbedaan tersebut di antaranya dia jarang sekali mendengar lantunan suara muazin, tidak bisa berkumpul bersama keluarga serta semangat masyarakat dalam menjalankan ibadah puasa.

"Mempersiapkan buka puasa adalah cara untuk mengobati kerinduan saya selama ini," kata dia, seperti dilansir Arab News, Senin (22/6).

Mazen Al-Ahmadi, seorang penerima beasiswa di Montana, AS mengatakan keinginannya bisa menjalani puasa bersama keluarganya di Arab Saudi selama bulan Ramadhan. "Tantangan terbesar yang saya hadapi di sini adalah waktu yang lama puasa, intensif jam sekolah, ujian, tugas, serta sulitnya mendapatkan makanan Arab Saudi," ujar dia.

Ritual Ramadhan lain seperti shalat tarawih juga terbilang sulit. Menurutnya, ketersediaan Masjid di Amerika Serikat yang minim adalah salah satu hambatannya. Sehingga, untuk memenuhi kekurangan ini, beberapa siswa mengatakan menyewa ruang di hotel selama satu bulan penuh yang akan dialokasikan untuk shalat tarawih.

Sementara itu, sisi positifnya, para mahasiswa Saudi di Amerika Serikat percaya, pengalaman Ramadan di luar negeri adalah kesempatan untuk memperkuat hubungan antara komunitas Muslim. Eiad Makki, penerima beasiswa pascasarjana, mengatakan, kesulitan yang dihadapinya adalah waktu dan suhu yang tinggi.

"Tapi aku bisa mengatasinya dengan cara menghabiskan waktu bersama teman-teman dan kerabat seperti untuk buka puasa bersama dan pertemuan dengan komunitas Muslim," tambahnya.