Mimpi Ubay bin Tzabit

Rep: c30/ Red: Agung Sasongko

Selasa 23 Jun 2015 09:36 WIB

Suasana lahan pemakaman karet Bivak, Jakarta, Senin (30/3). (Republika/Tahta Aidilla) Foto: Republika/ Tahta Aidilla Suasana lahan pemakaman karet Bivak, Jakarta, Senin (30/3). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kisah ini bermula pada suatu hari di malam Jumat. Seperti biasa, Ubay bin Tzabit pergi ziarah ke makam. Ia menghaturkan doa pada Allah untuk seluruh arwah manusia yang telah meninggal.

Pada suatu hari, Ubay tertidur dan bermimpi. Seluruh penghuni kunbur bangkit dengan menggunakan pakaian yang bagus dan sangat indah juga berwajah cerah. Seolah-olah sedang ada pesta, banyak makanan di sajikan di sana.

Di antara semua yang terlihat bahagia, Ubay melihat sesosok lelaki  tua. Lelaki itu berpakaian kumal dan rambutnya tidak tertata rapi. Lelaki tua tersebut juga tidak mendapatkan jatah makanan sedikitpun, kenapa? Lelaki tua itu berhenti menitikkan air mata ketiak Ubay menghampirinya.

“Mengapa kau bersedih dan tidak bergembira seperti pendudu lainnya?” sapa Ubay

Lelaki itu hanya diam, tertunduk. Kemudian Ubay menanyakan kembali, “Mengapa air matamu tidak berhenti mengalir dan pakaianmu tidak seindah mereka, bahka kau tidak mendapatkan jatah makanan serti mereka. Ada apa gerangan denganmu pak tua?” tanya Ubay tiada henti karena penasaran.

“Aku adalah orang yang terasing. Tidak ada yang mengingatku dengan doa,” kata lelaki tua itu.

Kemudian melanjutkan, “Semua sahabatku di alam kubur ini memiliki anak dan keluarga yang senantiasa mendoakan mereka sepanjang waktu.membayah utang yang dimiliki saat masih hidup, dan bersedekah dengan ikhlas. Apa yang dilakuan oleh anak dan keluarganya adalah amal baik yang akhirnya memberikan kebahagiaan pada mereka yang telah mati,” kata lelaki tua itu.

“Lalu bagaimana denganmu?” kejar Ubay

“Sebenarnya aku memiliki anak dan istri. Namun, mereka telah melupakanku karena kesibukan mereka. Mereka lupa berdoa untukku, dan memberi sedekah untuk kebahagiaanku. Bahkan, utangku pun dibiarkan begitu saja. Harta kekayaan yang kutinggalkan berlimpah, tetapi mereka telah dibutakan oleh harta. Aku sungguh sangat sedih,” jelas lelaki tua tersebut.

“Di mana keluargamu berada?” tanya ubay lagi.

Kemudian lelaki itu menyebutkan sebuah tempat keluarganya tinggal. Ia juga menyebutkan ciri-ciri keluarganya.

“Jika mereka tidak percaya kepadamu, katakan kepada mereka di salah satu sudut rumahku ada sebuah peti  yang berisi catatan utangku dan uang yang kusiapkan untuk membayarnya, sebagian lagi untik kusedekahkan.”

Ubay kemudian pergi mencari alamat yang telah disebutkan oleh lekai tua itu. Beruntung, Ubay dengan segera menemukan alamat rumah yang dicari. Namun, keluarga itu tidak percaya apa yang dikatakan oleh Ubay. Perihal mimpinya bertemu dengan lelaki tua yang tidak lain adalah suami dan ayah mereka, tetap saja mereka tidak percaya.

“Wahai pemuda, apakah kau sudah gila?” tanya istri lelaki tua itu.

“Jika kau masih tidak percaya, tolong carikan peti yang berisi catatan utang dan uang yang ada di salah satu sudut rumah ini,” kata Ubay menikuti apa yang diperintahkan lelaki tua itu.

Untuk membuktikan ucapan tamunya, keluarga lelaki tua itu mencari  dan menggali setiap sudut rumah, dan menemukan peti yang dimaksud. Mereka menangis ketika membukanya. Sebuah surat berada di atasnya.

Wahai Keluargaku,

Aku menyadari harta akan membutakan kalian. Itu sebabnya, aku menyimpan catatan dan uang yang jika sewaktu-waktu perkiraanku benar bahwa kalian tidak membayar uang-utangku semasa hidup.  Kalian tidak perlu mengeluarkan sepeser harta dari apa yang telah kutinggalkan, walaupun kalian tahu berapa jumlah utangku. Kutinggalkan catatan dan uang pembayaran utang. Tolong, lunasi utangku pada yang berhak menerimanya. Adapun sisa uangnya,sedekahkanlah. Aku akan bahagia jika kalian melakukan semua ini.

Keluarga itu menjadi sadar, semua utang lelaki tua itu segera dilunasi, sisanya disedekahkan sesuai amanah yang diinginkan lelaki tua itu. Tidak berhenti di situ, bahkan kini mereka juga sadar, dan memberikans ebagian dari hartanya untuk mewakafkan pada masjid.

Sejak kejadian itu, keluarga lelaki tua selalu mendoakannya, dan selalu beramal baik. Pada malam jumat berikutnya, Ubay kembali berziarah dan berdoa. Ia tertidur dan kembali bermimpi. Lelaki tua yang pernah datang di mimpinya tempo hari dengan wajah bersimbah airmata dan pakaian yang kumuh, kini datang dengan wajah berseri-seri dan pakaian yang bagus lagi bersinar.

“Wahai pemuda saleh, semoga Allah membalas semua kebaikanmu.”

Sumber: Buku 98 Kisah Islami yang Menggugah, Dyah Prameswarie, dkk, Gramedia Pustaka utama

 

Terpopuler