Jatman Jakarta akan Gelar Khalwat Nuzulul Alquran

Red: Irwan Kelana

Senin 22 Jun 2015 22:25 WIB

Salah satu kegiatan Jatman Jakarta Foto: Dokumentasi Jatman Jakarta Salah satu kegiatan Jatman Jakarta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jam'iyyah Ahlu at-Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (Jatman) Jakarta akan menggelar  training  Khalwat Nuzulul  Alquran bertajuk Mengenal Diri Menggapi Ilahi. Kegiatan itu akan diadakan di Masjid Agung At-Tin Jakarta, 4-5 Juli 2015.

Mudir Jatman NU Idarah Wustha Wahfiudin Sakam  mengatakan  Khalwat Nuzulul Alquran (KNQ) itu bertujuan antara lain untuk mendukung program revolusi mental yang digaungkan Presiden Joko Widodo. Selain itu, untuk menangkal pemahaman radikal dengan memperkuat spiritualitas kelompok  kelas menengah dan muballigh.

 

“Hal itu penting agar dapat lebih optimal melakukan perubahan di masyarakat,” kata Wahfiudin dalam keterangan pers yang dikirimkan kepada Republika, Senin (22/6).

Selain itu, kata Wahfiudin, KNQ juga bertujuan untuk menggelorakan semangat Ramadhan dengan aktif di masjid. “Tidak kalah pentingnya adalah menjalin silaturahim antarkalangan profesional dengan muballigh, kemasjidan dengan korporasi. Lintas profesi, lintas lembaga untuk Indonesia SATU,” ujarnya.

Ia menyebutkan, pemateri KNQ adalah Yuslam Fauzi (Dekan Islamic Banking School Bank Mandiri), Wahfiudin Sakam, Habib Luthfi bin Yahya (Ra’is ‘Am Jatman), Abdul Hadi Ahmuza  (WakilMudir‘Am Jatman), dan Abdul Latif  (Trainer Radiks Training).

Ia menjelaskan, Khalwat Nuzulul Al-Qur’an  dengan konten pembelajaran spiritual untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan isu yang tidak hanya menjadi kepentingan para agamawan, namun juga praktisi korporasi. “Karena itu training ini penting dihadiri oleh profesional dan karyawan (diharapkan mencapai 50 persen dari total peserta), muballigh dan tokoh masyarakat, serta mahasiswa dan aktivis kepemudaan,” ujarnya.

 

Lebih jauh Wahfiudin mengemukakan, selama dua hari satu malam itu para peserta akan mendapatkan  pelatihan yang mencakup empat hal. “Pertama, Connectedness atau menjalin ketersambungan diri dengan Tuhan (metode sufi),” tuturnya.

Kedua, paradigm shift, yakni mengenal diri, kehidupan dan kebahagiaan untuk mengembangkan potensi diri ruhani. “Ketiga, habituation, yakni disiplin mengelola empat kecendrungan insane. Sedangkan keempat adalah togetherness, yakni melatih kebersamaan dalam setiap rangkaian ibadah,” papar Wahfiudin.

Terpopuler