REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah, Yunahar Ilyas mengungkap, ada dua hikmah dalam perintah Nabi Muhammad untuk mengakhirkan sahur ini. Pertama, supaya Muslim tidak terlewat waktu shalat Subuh lantaran ketiduran setelah makan. Kedua, menguatkan tubuh agar tidak terlalu lama berpuasa.
Sahur juga memiliki serangkaian hikmah, baik secara medis maupun sosial. Dengan makan sahur, kata Yunahar, sebut saja sarapan pagi kita dimajukan. Sahur bermanfaat agar kita kuat untuk berpuasa, pencernaan tidak kosong terlalu lama, dan kesehatan tubuh terjaga.
“Sebagian orang merasa kuat berpuasa tanpa makan sahur, itu tidak mengikuti sunnah,” ucapnya. Nabi menyuruh kita untuk makan sahurlah walau hanya dengan sebiji kurma. Artinya, ini perintah yang sangat besar manfaatnya. Yunahar juga menyarankan, sebaiknya makan sayur-sayuran yang berserat, memperbanyak minum, dan kalau perlu mengkonsumsi vitamin saat sahur.
Selain aspek medis, tambah Yunahar, sahur juga sarana penguatan ikatan keluarga. Sesungguhnya, sahur dan buka puasa adalah momentum pertemuan anggota keluarga. Namun, saat buka puasa belum tentu semua anggota keluarga bisa hadir di rumah.
“Lain halnya saat sahur, semua anggota keluarga bisa berkumpul untuk makan bersama. Sahur ini mengokohkan ikatan antara orang tua dengan anak atau antar sesama anggota keluarga yang lain,” kata Yunahar.