REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Menghindari sikap berlebihan dan bermewahan menjadi kunci Prof Dr KH Maman Abdurrahman untuk menjalani bulan suci Ramadhan. Bagi ketua Umum Persatuan Islam (Persis) ini, satu-satunya pedoman yang selalu ia pegang ketika bertemu Ramadhan menjalaninya dengan kesederhanaan.
Menurut Prof Maman, selain menjadi makna dari berpuasa, terus berusaha untuk sederhana adalah salah satu upaya, yang bisa menghindarkannya dari sikap berlebihan, dan bermewah-mewahan dalam menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan.
Sayangnya, ungkap pria kelahiran Ciamis, Jawa Barat tersebut, sikap yang ditunjukkan masyarakat Indonesia selama ini, berbanding terbalik dengan apa yang diyakininya sebagai makna dari berpuasa, yaitu hidup sederhana.
Prof Maman melihat, selama ini masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di kota-kota besar, justru bersikap berlebihan dalam memaknai bulan suci Ramadhan, yang secara tidak langsung, saling menonjolkan sikap bermewah-mewahan.
Ia mengingatkan setiap Muslim, dapat memetik pelajaran dari Ramadhan, supaya, masyarakat bisa menjalani ibadah puasa sesuai dengan makna dari berpuasa di bulan suci Ramadhan itu sendiri.
Guru Besar Universitas Islam Bandung tersebut, menyebutkan setidaknya terdapat lima pelajaran yang bisa dipetik dari bulan suci Ramadhan.
“Shaum harus dijadikan sebagai pelajaran atau ibrah, baik ibrah ruhiyah, ubudiyah, shihhiyah, ilmiyah dan juga ijtima’iyah,” kata Prof Maman menerangkan.