Asal Mula Kopi Arab dari Kampung Melayu Semarang

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Indira Rezkisari

Ahad 21 Jun 2015 16:12 WIB

Secangkir kopi Foto: Republika/Prayogi Secangkir kopi

REPUBLIKA.CO.ID, Kebiasaan menikmati kopi sebagai asupan pembuka puasa di Masjid Menara Kampung Melayu, di Jalan Layur, Semarang, Jawa Tengah, telah berlangsung sejak lama. Tak ada catatan khusus tentang hal itu, namun warga Kampung Melayu ini mengamini sebagai bagian dari sejarah Kampung Melayu.

Hamid (55) mengatakan lingkungan Kampung Melayu sudah menjadi hunian  sejak tahun 1743. Disebut Kampung Melayu karena sebagian besar orang yang mendiami kawasan tersebut adalah orang melayu.

Saat itu kampung --yang berada di tepi Kali Semarang-- ini merupakan tempat yang ramai untuk pendaratan kapal dan perahu yang mengangkut barang dagangan. Sehingga dilengkapi dengan sebuah bangunan mercusuar. Berkembangnya kawasan inipun memikat etnis Arab untuk ikut bermukim di Kampung Melayu ini. Terutama etnis Arab keturunan Yaman.

Berikutnya beberapa etnis lain ikut bermukim di kampung ini. Karena menjadi lingkungan yang berkembang dan sibuk, maka dibangunlah sebuah mushala kecil  di bawah mercusuar.

“Baru pada tahun 1808, bangunan mushala di bawah mercusuar inipun diperluas menjadi masjid yang kelak populer dengan sebutan Masjid Menara, Masjid Layur atau Masjid Kampung Melayu,” ungkapnya.

Pada masa itu, lanjutnya, ada satu kebiasaan warga etnis Arab yang bermukim di kampung ini. Yakni menunggu saat adzan maghrib di mushala sambil menyiapkan kopi kelangenan mereka. Makanya kopi yang disajikan di masjid Kampung Melayu ini populer dengan sebutan ‘Kopi Arab’. “Tradisi inilah yang berkembang di tengah-tengah warga Kampung Melayu hingga sekarang,” tambah Hamid.