Makna Keberkahan di Balik Makan Sahur

Rep: C38/ Red: Winda Destiana Putri

Senin 22 Jun 2015 00:11 WIB

Para santri makan sahur bersama. (ilustrasi) Foto: Antara/Irsan Mulyadi Para santri makan sahur bersama. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seringkali karena kita merasa kuat berpuasa tanpa perlu sahur, kita mengabaikan perintah ini. Padahal, ada banyak hikmah dan manfaat sahur bagi kesehatan. 

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, Rasulullah bersabda, "Sahur adalah makanan yang barokah, janganlah kalian tinggalkan walaupun hanya meminum seteguk air, karena Allah dan para malaikat-Nya memberi shalawat kepada orang-orang yang sahur."

Sahur mengandung sejumlah keberkahan. Pertama, sahur adalah perintah Rasul. Rasul menamai sahur sebagai makanan penuh berkah dan beliau tidak pernah meninggalkannya. Kedua, sahur menjadikan kita kuat beribadah saat puasa.

Imam Nawawi menjelaskan, "Adapun berkah makanan sahur secara lahir, yaitu dengan kuatnya badan ketika berpuasa, menjadikannya rajin beribadah, menjadikannya termotivasi ingin menambah lagi amalan puasanya, karena tampak ringan puasa baginya setelah makan sahur, dan inilah makna yang benar dari sahur."

Ketiga, sahur adalah pengikat hati sesama anggota keluarga. Moment untuk makan bersama seringkali tidak kita dapatkan lagi, bahkan saat buka puasa karena sebagian anggota keluarga belum pulang dari kantor.

Saat sahur umumnya semua sudah berkumpul. Makan akan terasa nikmat ketika berada di tengah-tengah keluarga, serta menumbuhkan perasaan kasih sayang.