Hafshah binti Umar, Perempuan Penjaga Alquran

Rep: c38/ Red: Agung Sasongko

Ahad 21 Jun 2015 09:09 WIB

Mengaji dan membaca ALquran setelah Shalat (ilustrasi). Foto: Republika/Prayogi Mengaji dan membaca ALquran setelah Shalat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ia lahir dalam keluarga yang penuh keberkahan. Ayahnya sosok Al Faruq umat ini, Umar bin Khattab. Ibunya bernama Zainab binti Mazh'un, saudari Utsman bin Ma'zhun, sahabat mulia yang pertama kali dimakamkan di Baqi.

Hafshah lahir ketika kaum Quraisy merenovasi Kabah, tepat lima tahun sebelum kenabian. Sebelum bersama Rasulullah, ia menikah dengan Khunais bin Hudzaifah, salah satu orang dari golongan pertama yang masuk Islam.

Kebahagiaan Hafshah dengan Khunais tidak berlangsung lama. Allah menghendaki Khunais untuk syahid di Perang Badar. Hafshah pun dirundung kesedihan hingga Umar bertekad untuk mencarikan suami lagi bagi putrinya.

Umar menawarkan pada Abu Bakar, namun Abu Bakar tak memberi tanggapan apapun. Ia menawarkan pada Utsman, namun Utsman mengatakan tidak ingin menikah dulu pada saat itu. Umar pun marah dan mengadukannya pada Rasulullah.

Beliau berkata, "Hafshah akan dinikahi oleh seseorang yang lebih baik dari Utsman dan Utsman akan menikahi orang yang lebih baik dari Hafshah." Setelah itu, Nabi pun meminang Hafshah binti Umar. Sementara, Utsman dinikahkan dengan putri beliau, Ummu Kultsum.

Hafshah menempati kedudukan tinggi di hati Rasulullah, bahkan di mata para istri nabi. Aisyah berkata, "Di antara istri-istri Nabi, dialah yang menyamai kedudukanku." Meski, riak-riak cemburu itu tak urung seringkali menerpa.

Suatu kali, Nabi menceraikan Hafshah hingga hatinya remuk redam. Tanpa diduga, Jibril datang memerintahkan Rasul untuk merujuk dan mengembalikan Hafshah. Jibril berkata, " Dia itu ahli puasa, shalat malam, dan dia adalah istrimu di sisi Allah."

Hafshah dikenal dengan ilmu, pemahaman, dan ketaqwaannya. Ia menjadi rujukan bagi sebagian besar sahabat di bidang hadits dan ibadah. Lebih dari itu, Abu Bakar memilih Hafshah untuk menjaga lembaran-lembaran Alquran yang ia kumpulkan.

Abu Bakar memilihnya lantaran sifat-sifat mulia yang menyatu dalam diri Hafshah. Taqwa, berilmu, ahli puasa, dan bisa baca tulis. Saat itu jarang kaum lelaki yang bisa baca tulis, apalagi kaum wanita. Lembaran-lembaran Alquran itu tetap tersimpan di rumahnya hingga tiba masa khalifah Utsman.

Hafshah meninggal pada tahun 41 H, pada usia 63 tahun. Kematian sang perempuan penjaga Alquran ini terbang ke seluruh penjuru Madinah. Para sahabat berdatangan.

Abu Nu'aim berkata, " Wanita ahli puasa, shalat malam, selalu menegur nafsu lawwamah-nya, Hafshah binti Umar bin Khattab. Ia pewaris lembaran-lembaran yang menyatukan Alquran, pergi untuk suami, kekasih, dan nabinya, Muhammad saw."

Terpopuler