REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Depok, Drs KH Encep Hidayat MA, mengungpkan ibadah puasa yang dilakukan umat Muslim di bulan Ramadhan, mampu meredak meredam amarah dan hawa nafsu.
''Salah satu inti ibadah puasa adalah mengendalikan nafsu atau memenej amarah,'' ungkap kyai Encep Hidayat usai mengisi Kuliah Shubuh di Masjid Riyadlush-Shalihin Parung, Bogor, Ahad (21/6).
Dosen di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al Karimiyah Sawangan, Depok dan juga di Universitas Gunadarma Depok, menjelaskan amarah harus dimeneg dan tidak perlu dihilang. ''Manusia yang normal dan utuh itu, memiliki amarah, memiliki nafsu dan syahwat. Karena itu semua fitrah manusia,'' ujarnya menjelaskan.
Ketika amarah dapat dimenej dengan baik, sambung ketua umum MUI Kecamatan Bojongsari, Depok, ini, akan melahirkan sesuatu yang positif. ''Apalagi di siang hari, pas enaknya minum es kelapa muda. Tapi, itu tidak dilakukan selama ibadah puasa, karena kita menginginkan pahala yang lebih besar dari itu.''
Lantas, apa bahayanya jika amarah tidak dapat dimenej dan dikendalikan? Kyai kelahiran Cianjur, Jawa Barat, 49 tahun lalu menjelaskan, ''Jika amarah tak dapat dimenej dan dikendalikan dengan baik, maka akan merugikan dirinya dan juga orang lain,'' paparnya.
Karena itu, suami dari Hj Neneng Ummi Yati ini, mengingatkan ibadah puasa yang dilaksanakan selama bulan suci Ramadhan, hendaknya tidak sekadar menahan diri dari makan dan minum, tetapi yang lebih penting lagi adalah mengendalikan hawa nafwu. ''Puasa seperti inilah yang menimbulkan kesehatan,'' ujarnya menjelaskan.
Kyai Encep juga mengingatkan ibadah puasa di bulan Ramadhan, mampu membangun empati. ''Ibadah puasa jika dilakukan dengan baik, mampu merasakan kesulitan orang fakir dan yatim, mampu merasakan haus dan lapar orang-orang susah. Itulah empati yang dilahirkan dari ibadah puasa,'' ujarnya menambahkan.
Langkah yang harus dilakukan agar puasa dilaksanakan dengan baik, menurut ayah dua anak ini, pertama harus dilandasis iman kepada Allah SWT. ''Kedua, harus dibekali pengetahuan bagaimana memahami hakekat puasa,'' ujarnya menambahkan.