REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi para hartawan atau aghniya, Ramadhan seharusnya bulan untuk mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Allah SWT telah menghamparkan ladang sedekah yang begitu luas selama Ramadhan. Hal itu diungkapkan oleh Presiden ACT Foundation, Ahyudin.
“Ramadhan ini sesungguhnya bulan yang dominan mengajarkan kita untuk menjalin persaudaraan dan tolong menolong dengan sesama, tentu di samping bulan penghambaan kepada Allah,” kata Ahyudin kepada Republika Online.
Ia menambahkan, Ramadhan mengajarkan umat Islam untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Muslim memiliki peran-peran sosial kemasyarakatan yang mengunggulkan Islam. Islam tidak akan terlihat unggul, kalau umat Islam tidak punya peran sosial yang unggul.
Menurutnya, Ramadhan mempunyai pesan yang sangat kuat agar hablum minannas di tengah umat ini ditingkatkan. Setiap momentum Ramadhan, Allah SWT selalu menghadirkan begitu banyak stimulan untuk direspons oleh umat.
Ia mengungkapkan, saat ini banyak bencana terjadi. Saudara-saudara kita etnis Rohingya menjadi tontonan dunia yang mengisahkan kenestapaan. Ribuan orang di Suriah menjadi pengungsi. Muslim di berbagai belahan dunia menderita akibat konflik berkepanjangan.
“Allah menciptakan peluang lebih besar untuk beribadah melalui hablum minannas. Orang yang berjalan menuju saudaranya, demi hajat hidup saudaranya, jauh lebih baik daripada itikaf sebulan penuh di Baitullah. Itulah hebatnya solidaritas sosial,” kata Presiden ACT ini.
Ahyudin menambahkan, kesalehan sosial identik dengan harta. Ramadhan adalah ibadah besar bagi orang-orang jutawan, para hartawan, atau aghniya. Saatnya bagi para hartawan berjihad dengan hartanya di bulan ini. Juga, saat bagi mereka untuk mencicipi rasa lapar yang dialami oleh fakir miskin.
“Saya ingin menggugah, ini kesempatan untuk menyedekahkan harta kita, momentum baik untuk saling tolong-menolong. Betapa banyak saudara-saudara kita yang tidak bisa makan dan tinggal di pengungsian seperti kaum Rohingya. Inilah kesalehan sosial,” kata Ahyudin.
Menurut Presiden ACT ini, seorang Muslim telah gagal berpuasa jika dengan puasanya ia tetap tidak bisa memberikan kepedulian bagi orang yang membutuhkan. Akan tidak bermakna Ramadhan kita, kalau dengan puasa kita tetap menjadi orang bakhil, kikir, dan tidak peduli dengan sesama.
Dalam konteks ini, Ramadhan merupakan momentum untuk berlatih menjadi orang-orang saleh. “Kapan sih kita ingin berlatih untuk menjadi orang-orang bertaqwa? Momentum terbaik itu ada di Ramadhan. Ukuran sukses itu nanti akan terlihat pada bulan-bulan selain Ramadhan,” kata Ahyudin.
Menurutnya, jika selepas Ramadhan kita tetap menjadi orang kikir, itu pertanda kegagalan di bulan Ramadhan. Ahyudin mengimbau, Ramadhan jangan sekedar dimaknai seremonial atau ritual. Ladang amal sudah Allah SWT hamparkan. Kalau mata kita melihat, telinga kita mendengar, tapi kita tidak bergerak, itu pertanda matinya hati.
“Ketika seseorang meninggal dunia dan menghadap Allah SWT, sebagian orang meminta untuk dihidupkan lagi agar mereka bisa bersedekah. Itu lantaran mereka tahu betapa besar pahala sedekah di hadapan Allah SWT,” kata Ahyudin.