'Nyorog' yang Kini Jarang Terdengar

Red: Didi Purwadi

Ahad 21 Jun 2015 14:41 WIB

Tradisi tukaran makanan (ilustrasi) Foto: Antara/Andika Betha Tradisi tukaran makanan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat Betawi punya tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Tapi, sepertinya tradisi yang dikenal dengan nama 'Nyorog' itu kini sudah jarang terdengar.

Tradisi nyorog yakni bagi-bagi bingkisan kepada sanak keluarga, sudah menjadi sebuah kebiasan yang sejak lama dilakukan masyarakat Betawi sebelum datangnya bulan Ramadhan.

''Meski istilah nyorog-nya sudah mulai menghilang, namun kebiasan mengirim bingkisan sampai sekarang masih ada di dalam masyarakat Betawi,'' demikian tulisan dalam situs kebudayaanindonesia.net.

Tradisi nyorog biasanya berupa bagi-bagi bingkisan yang berisi bahan makanan mentah. Namun, ada juga yang berisi daging kerbau, ikan bandeng, kopi, susu, gula, sirup, dan lainnya.

Tidak jarang isi bingkisannya berupa masakan khas Betawi yang dibawa dengan menggunakan rantang. Biasanya sayur gabus pucung. Yakni, ikan gabus yang dimasak dengan menggunakan berbagai aneka bumbu seperti cabai merah, jahe, dan kunyit.

Tradisi nyorog di masyarakat Betawi memiliki makna sebagai tanda saling mengingatkan bahwa bulan suci Ramadhan akan segera datang. Selain itu, sebut situs kebudayaanindonesia.net, tradisi nyorog juga sebagai pengikat tali silahturahim sesama sanak keluarga.

Terpopuler