Ramadhan di Mata Ilham Akbar Habibie

Rep: Muhammad Iqbal/ Red: Didi Purwadi

Ahad 21 Jun 2015 06:16 WIB

Ilham Akbar Habibie Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Ilham Akbar Habibie

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Bagi Ilham Akbar Habibie (52 tahun), bulan suci Ramadhan mengandung sejumlah makna mendalam yang dapat kita renungkan bersama-sama. Ketika Ramadhan, kita tidak hanya diminta untuk beribadah kepada Allah SWT dalam bentuk puasa, shalat taraweh hingga tilawatul Alquran semata. 

Bulan ini juga mengajarkan kita sebagai manusia untuk melepaskan hal-hal yang selama ini terkait erat dengan kehidupan.

Ambil contoh, makan siang, minum kopi maupun sederet aktivitas lainnya. "Tiba-tiba nggak lagi. Tapi, bisa. Kita bisa. Dan kita diingatkan kembali oleh Allah SWT ada yang lebih dasar. Itu yang harus kita mengerti dan sadar setiap bulan puasa," ujar Ilham saat ditemui Republik selepas menunaikan ibadah shalat Jumat di Masjid Bencoolen, Singapura, beberapa waktu lalu. Kehadiran Ilham di sana dalam rangka menghadiri dan mendampingi mahasiswa Indonesia mengikuti pekan Iptek Asean.

Anak pertama dari Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie ini mengaku bersyukur bisa kembali bersua dengan bulan suci Ramadhan. Ilham sangat menikmati suasana ukhuwah Islamiyah yang begitu terasa, terutama di dalam negeri. ''Kita berbagi rasa dengan sesama muslim,'' ujar Ilham.

Selain itu, kata Ilham, berbagi rasa juga dilakukan dengan masyarakat nonmusim. Semisal ketika mengadakan buka puasa bersama. Pria kelahiran Aachen, Jerman, ini menyebut rekan-rekannya yang nonmuslim pun turut berpuasa sebelum berbukan.

Ilham menanyakan mengapa mereka berpuasa padahal syariat agama mereka tidak menganjurkan. Jawabannya sederhana yaitu mereka ingin merasakan hal yang dirasakan saudaranya, masyarakat muslim. "Itu namanya budaya yang sangat-sangat indah di Indonesia," kata Ilham.

Terpopuler