Mencari Solusi Surplusnya Makanan di Bulan Ramadhan

Rep: c30/ Red: Damanhuri Zuhri

Sabtu 20 Jun 2015 06:15 WIB

Jamaah haji di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi. Foto: Antara/Prasetyo Utomo/ca Jamaah haji di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, ABHA – Banyak sarjana dan ekonom Arab Saudi berupaya mencari solusi dari melimpahnya makanan selama bulan suci Ramadhan. Mereka berpikir untuk menemukan pengguna yang tepat akibat surplus makanan di bulan Ramadhan.

Oraganisasi amal dapat membantu untuk mendistribusikan makanan tersebut kepada yang membutuhkan. Terutama di bulan suci, waktu yang sangat tepat untuk semakin memperhatikan mereka yang membutuhkan, mereka yang kekurangan, dan mereka yang kelaparan.

Pengusaha kaya, Nora al-Rafi menyarankan untuk menaruh lemari es khusus untuk makanan lebihan di masjid dan di lingkungan. Sehingga, kemudian organisasi khusus Islam dan masyarakat amal dapat mengumpulkan kelebihan makanan tersebut.

Setelah itu, dapat memberikannya kepada orang miskin atau mereka yang mmebutuhkan lainnya. Serta jangan lupa untuk memberitahukan, makanan tersbut adalah kelebihan dari makanan yang ada, bukan makanan sisa.

“Dilarang membuang-buang makanan, artinya kamu mengabaikan berkah Allah SWT di dalam makanan tersebut,” kata Hasan bin Muhammad Safar, Anggota Internasional Islamic Fiqh Academy, dilansir dari laman ArabNews Sabtu (20/6).

Menurut Hasan, jika seseorang melemparkan kelebihan makanan ke tempat sampah artinya dia mengabaikan berkat Allah pada makanan tersebut. Kenapa? Karena tidak ada yang tahu, berkat Allah ada di makanan terakhir atau di awal.

Selain itu, Ramadhan adalah bulan penuh dengan pahala dan kebaikan. Untuk itu, menurutnya ini adalah waktu yang baik untuk berbuat baik, kasih sayang antarsesama, memberikan kebaikan kepada mereka yang miskin dan membutuhkan.

“Kita harus membuat jatah konsumsi, dan apabila ada kelebihan makanan, maka berusaha untuk memberikannya kepada yang kelaparan atau yang membutuhkan,” kata Hasan menerangkan.

Terpopuler