Berburu Iftar di Kota Hujan

Rep: c94/ Red: Agung Sasongko

Jumat 19 Jun 2015 10:20 WIB

Sudut Kota Bogor Foto: Antara Sudut Kota Bogor

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Menjadi tradisi di setiap kota di Indonesia selama Ramadha akan bermunculan pasar tumpah. Di pasar ini, bermunculan pula ragam kuliner iftaar.

Kali ini ROL mencoba mampir ke Kota Bogor, Kamis (18/6). Di sana terdapat beberapa lokasi pilihan mencari kuliner Ramadhan khas kota hujan. Misalnya, di sekitaran jalan utama Padjajaran jika keluar dari tol pembaca tinggal belok ke kanan. Di tengah jalan Padjajaran terdapat lokasi yang menjadi pilihan bagi masyarakatnya yakni Jalan Bangbarung Raya.

Di hari pertama, terlihat ratusan warga terpaksa saling berdesakan berbagi ruas jalan antara pengendara, lahan parkir atau warga lainnya yang hendak memilih iftar. Bangbarung yang dikenal dengan jalan menurunnya seketika berubah menjadi lautan pedagang iftar.

Puluhan pedagang dan rumah makan dipadati masyarakat yang hendak berwisata kuliner. Antrean panjang terlihat di sisi kanan dan kiri bahu jalan. Tak sedikit kendaraan plat B yang terparkir di sana.

Di Bangbarung, seluruh warung makanan hampir dipenuhi warga pendatang atau pelancong seperti Sop Duren Lodaya, Ayam Betutu, Asinan Bogor, Baso Boboho, dan masih banyak lagi. Namun jika anda bertandang ke sini ada satu makanan khas yang wajib dicicip yakni mie glosor, dimana saat bulan biasa makanan ini sulit dijumpai.

Bentuk mie glosor itu mirip dengan mie pada umumnya. Hanya saja mie glosor  nampak lebih bening dan kuning warnanya terbuat dari kunyit. Umumnya mie glosor dicampur dengan sayuran sawi dan kol lalu dihidangkan dengan sambal kacang. Selain itu, biasannya gorengan menjadi teman santap mie ini seperti keroket, bala-bala (bakwan), dan kerupuk.

Mie glosor bisa dijumpai hampir di seluruh penjuru kota ini. Bahkan, tak sulit menemukannya jika ada pasar tumpah menjelang berbuka.

Mie yang bertektur licin dan mengkilap itu ternyata menjadikan namanya populer dengan sebutan glosor. Glosor adalah bahasa Sunda yang artinya jatuh atau mengalir. Sebab, ketika memasukan mie ini kedalam mulut mie ini mengalir dari mulut hingga melewati tenggorokan.

Salah seorang pembeli, Vina Nurkhasan (21), saat dijumpai ia tengah mengantre untuk membeli mie glosor. Vina yang mengaku sebagai warga pendatang datang ke tempat itu bersama kawan-kawannya yang merupakan mahasiwa IPB. Mereka sengaja datang ke Bangbarung untuk membeli iftar dan mencari mie glosor.

"Rencananya kita mau beli mie glosor gorengan, dan Sop buah durian,"katanya. Vina yang saat itu dijumpai di kedai Sop Duren Lodaya, mengatakan,  kawasan Bangbarung selalu ramai selama bulan Ramadhan.

Bicara soal hidangan takjil olahan buah durian atau duren. Tempat yang dikunjungi vina adalah salah satu lokasi favorit warga sekitaran Bogor. Selain sop buah durian, tempat lokasi ini menawarkan aneka makanan manis olahan durian seperti roti durian, pancake durian, hingga yang unik adalah risol durian ala chef farah Queen. Kisaran harga di sini mulai dari Rp 13 ribu.

Berpindah dari Jalan Bangbarung ke Jalan Taman Kencana. Di sana lokasi rumah makan yang ternyata antreannya hingga waiting list. Mungkin warga ibu kota sudah tidak asing dengan nama Kedai Kita. Rumah makan itu menyajikan suasana di rumah.

Di Kedai Kita terdapat menu andalan pizza bakar kayu, macaroni, mie hotplat, dan es jeruk kelapa. Kisaran harga makanan dan minuman di sana mulai dari Rp 10 ribu.

Adapun, lokasi jajanan lainnya yang tak kalah unik. Lokasi itu di Jalan Suryakencana. Lokasi itu kesohor dengan asinan Bogornya. Tapi siapa sangka jajanan takjil di jalan satu arah itu relatif banyak pilihan yang unik-unik.

Misalnya, combro (oncom dijero) yang kecil tapi hargannya terbilang fantastis. Rasa combro itu berbeda dengan combro biasannya. Saat dimakan singkong itu lembut dan renyah di mulut. Tentunya, di jalan ini juga para pemburu takjil dapat menjumpai pedagang dadakan yang menjual mie glosor.