Memudahkan Dai Pedalaman Terus Berdakwah

Red: Dwi Murdaningsih

Jumat 19 Jun 2015 10:04 WIB

motot untuk dai dari BMH Foto: BMH motot untuk dai dari BMH

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH BARAT – Tidak ada kata jauh untuk berdakwah. Jauh bukanlah halangan bagi ustaz Taufik, ustaz yang bertugas di Desa Aloe Bateung Broek, Kec. Darul Makmur, Kab. Nagan Raya. Tanah seluas 1300 meter dan satu asrama yang dia miliki masih jauh dari smepurna untuk bisa disebut pesantren.

MCK juga masih jauh dari kata layak. Masyarakat sekitar terkadang harus mencari semak belukar untuk sekedar membuang hajatnya, ataupun meminjam kepada warga sekitar dengan menghilangkan rasa malu terhadap mereka. Motor dai yang dikirim oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menjadi satu-satunya alat transportasi dalam kegiatan dakwahnya.

Banyak hal yang telah dilakukan dengan motor dai itu. Dengan motor itu, dia bisa melakukan khutbah Jumat ke beberapa desa dan masjid. wajah para santri yang bersemangat belajar agama dan menghafalkan Alquran pun menjadi motivasi sendiri untuk terus berdakwah.

 “Kondisi ini bukan bukan menjadi penghalang yang besar bagi saya, InsyaAllah saya tidak akan  menyurutkan niat untuk pulang ataupun pergi meninggal tempat ini. Justru tantangan ini selalu menjadi penyemangat bagi saya dkk. Terlebih bila saya melihat santri-santri belajar dan menghafalkan Alquran, bagi saya ini jauh lebih luar biasa” ujar ustaz Taufik.

Hal serupa dirasakan oleh Ustaz Mujtahit Jakfar yang merintis dakwah sejak tahun 2005 dikampung Suku Tengger, Lumajang, Jawa Timur.  Dengan binaan sebanyak 1.800-an umat Hindu yang telah kini menjadi mualaf dan telah mendirikan lembaga pendidikan Islam seperti TK dan TPA hingga pengajian rutin bagi masyarakat setempat. Peran motor dai yang di support BMH sangat membantunya dalam berdakwah. Dengan motor ini, dia bisa menjangkau lereng-lereng yang terjal hingga ke pelosok meskipun cuaca sangat dingin.

Berbeda halnya dengan tantangan dakwah diujung perbatasan Indonesia bagian Timur Papua, yakni Ustad Afdil Abinin Surayo. Dai muda kelahiran flores 6 Feberuari 1987 ini ditugaskan ke Jayapura tahun 2011, untuk berdakwah di Perbatasan antara Indonesia dengan Papua Nugini. Berjalan menyusuri hutan yang lebat serta jalan terjal yang masih gelap gulita adalah pemandangan biasa baginya.

Mereka adalah tiga diantara 100 orang yang menerima motor dari BMH dalam program motor untuk dai. Saatnya menyucikan harta dan membantu sesama dengan menunaikan zakat dan sedekah melalui BMH. Hartaku suci dengan zakat.

Terpopuler