Tunanetra Penghafal Alquran: Alquran Media Termudah Dekati Allah SWT

Rep: c13/ Red: Damanhuri Zuhri

Kamis 18 Jun 2015 14:05 WIB

Penyandang tunanetra membaca Alquran braille. Foto: Antara Penyandang tunanetra membaca Alquran braille.

REPUBLIKA.CO.ID, SERPONG -- Mata merupakan bagian terpenting bagi manusia. Dengan mata, kita bisa melihat indahnya dunia. Dengan mata, kita bisa mempelajari banyak hal.

Namun, keberkahan mata ternyata tidak bisa dirasakan seluruh manusia di bumi ini. Salah satu di antara jutaan manusia yang tidak memiliki kesempurnaan itu adalah Sennar Rusli.

Rusli, itulah nama yang acapkali digunakan sahabat-sahabatnya di Yayasan Raudhah Al Makfufin Serpong, Tangerang, untuk memanggilnya. Dia terlahir dengan mata sempurna pada 13 November 1992 lalu.

Namun, kesempurnaan penglihatan itu menghilang ketika dia berusia dua tahun. “Saya menjadi tunanetra sejak berusia dua tahun karena terkena penyakit,” ungkap laki-laki berbaju koko merah itu kepada Republika.

Hidup tanpa penglihatan jelas bukan hal yang mudah untuk dilakukan Rusli. Meski tidak mudah, bukan berarti dia harus menyerah dengan keadaan. Anak pertama dari dua bersaudara ini memiliki semangat juang untuk menjalani kerasnya kehidupan.

Dia tidak pernah merasa malu dengan keadaannya itu. Rusli selalu percaya diri dan mensyukuri segala hal yang dimiliki pada setiap detik yang dimilikinya.

Kepercayaan dirinya ini terbukti dengan terdaftarnya dia sebagai salah satu mahasiswa di Al Kahfi School, Bintaro, Tangerang Selatan, dengan mengambil program Komunikasi.

Tak hanya ilmu dunia yang dicoba Rusli untuk diraih. Ilmu akhirat pun menjadi target laki-laki bertubuh tinggi ini. Tekadnya untuk menguasai ilmu agama ini terlihat jelas dengan kemampuan hapalan Alqurannya. Hanya dalam waktu kurang lebih enam bulan, Rusli mampu menguasai dua juz ayat-ayat Allah SWT.

Pencapaian tersebut jelas sulit untuk dilakukan Rusli. Selain harus bisa menguasai Alquran Braile di Yayasan Al Makfufin, Rusli juga harus bisa memerangi rasa malasnya. Ia mengaku hal tersulit saat mempelajari atau menghapal Alquran itu adalah rasa malas.

Rasa malas memang selalu mendatangi Rusli setiap ingin menghapal Alquran pada waktu shalat Tahajud, Shubuh, dan Maghrib. Akan tetapi, Rusli selalu mencoba keras untuk memerangi rasa malas yang seringkali menguasainya.

Dia mengaku selalu teringat ibadah-ibadah, misal menghapal dan membaca Alquran merupakan satu-satunya cara untuk bisa mendapatkan keridhaan Allah SWT. Menurut dia, Alquran itu media termudah untuk mendekati Allah SWT.

“Kita tidak bisa melakukan ibadah serupa zakat atau haji karena kondisi yang tidak memungkinkan ini. Oleh karena itu, paling tidak, kita mencoba untuk menghapal ayat Alquran untuk mendekati Allah,” ujar Rusli penuh semangat.

Terpopuler