REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT -- Rasa malas selalu mendatangi Rusli setiap ingin menghafal Alquran saat waktu Tahajud, Subuh, dan Maghrib. Namun, Rusli terus melawan rasa malas itu.
Ia selalu teringat bahwa ibadah-ibadah semisal menghafal dan membaca Alquran merupakan satu-satunya cara untuk bisa mendapatkan keridhaan Allah SWT. Menurutnya, Alquran itu media termudah untuk mendekati Allah SWT.
“Kita tidak bisa melakukan ibadah serupa zakat atau haji karena kondisi yang tidak memungkinkan ini. Oleh karena itu, paling tidak, kita mencoba untuk menghapal ayat Alquran untuk dekati Allah,” ujar pria berpeci putih ini.
Rusli juga mengungkapkan ada motivasi terkuat untuk mempelajari Alquran. Terutama, ketika rasa malas menyergap dirinya. Ia mengaku bahwa tubuhnya tidak sempurna. Karena itu, Rusli memiliki keinginan kuat agar ketika bertemu dengan Allah SWT, dia tidak hanya sekedar tunanetra semata.
Dia tidak ingin hanya karena tidak memiliki penglihatan lalu dirinya tidak melakukan ibadah apapun. Ia tidak mau merasa malu saat berhadapan dengan Allah SWT nanti. Untuk itu, Rusli selalu berusaha keras agar bisa melakukan ibadah-ibadah yang kemungkinan besar yang bisa dia lakukan.
Dalam menghafal Alquran, Rusli mengaku memang tidak ada metode khusus yang dilakukan Rusli. Dia hanya mencoba untuk membaca beberapa ayat Alquran yang kemudian dibaca berulang-ulang hingga terhapal. Setelah hapal, dia akan mencoba mengulang-ulang ayat tersebut pada waktu berlainan nantinya.
Ini dilakukan Rusli karena menjaga hafalan itu lebih sulit daripada saat dirinya pertama kali menghafal ayat tersebut. “Menjaga hapalan lebih sulit daripada saat pertama kali kita menghapalnya,” tegas pria bersarung kotak-kotak ini.
Kemampuan membaca Rusli memang tidak diragukan lagi. Bahkan, Rusli mengungkapkan pernah mendapat undangan menjadi trainer di sebuah acara. Di acara tersebut, Rusli diminta untuk membacakan sejumlah ayat Alquran di khalayak yang hadir pada detik itu.
Penampilan Rusli di depan umum itu jelas memiliki alasan lain. Pada kegiatan itu, Rusli mengaku ingin menyampaikan bahwa tunanetra bukanlah orang yang tidak memiliki kemampuan sama sekali.
“Untuk itu, kami harap ketika mereka menemui tunanetra hendaknya tidak menilai bahwa kami tidak bisa melakukan apa-apa,” ujarnya. Rusli ingin membuktikan kepada publik bahwa tunanetra juga bisa membaca meski dengan tanpa mata.