Ini Tradisi Ramadhan di Keraton Kasepuhan Cirebon

Rep: Lilis Handayani/ Red: Ilham

Kamis 18 Jun 2015 10:01 WIB

Keraton Kasepuhan Cirebon (ilustrasi) Foto: Republika/Agung Supriyanto Keraton Kasepuhan Cirebon (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Kesultanan Cirebon yang didirikan Sunan Gunung Jati pada abad ke-15 memiliki adat tradisi Islami yang terus terjaga hingga saat ini. Bahkan, tradisi itu ada di setiap hari besar Islam, mulai awal tahun 1 Muharam sampai bertemu dengan 1 Muharam berikutnya.

''Termasuk adat tradisi Islami di bulan Ramadhan,'' ujar Sultan Sepuh XIV, PRA Arief Natadiningrat, Kamis (18/6).

Sultan menyebutkan, tradisi di bulan Ramadhan diawali dengan tradisi dlugdag. Yakni penabuhan bedug bertalu-talu di Langgar Agung kompleks Keraton Kasepuhan Cirebon. Hal itu dilakukan setelah shalat Ashar di hari terakhir bulan Syaban.

Penabuhan bedug yang diawali oleh Sultan Sepuh XIV dan diikuti para wargi keraton, abdi dalem, dan masyarakat magersari Keraton Kasepuhan Cirebon itu menjadi tanda masuknya bulan suci Ramadhan. Pada tahun ini, tradisi dlugdag berlangsung pada Rabu (17/6).

''Dengan dlugdag, masyarakat diberitahukan bahwa malam harinya mulai shalat taraweh, dan keesokan harinya mulai sahur dan puasa,'' terang Sultan.

Selain itu, sepanjang Ramadhan, mulai 17 Juni malam - 15 Juli diadakan tadarusan di Langgar Alit. Pada 2 Juli, diadakan khataman kesatu di Langgar Alit, 4 Juli Nuzulul Quran, dan 7 Juli tradisi hajat maleman.

Pada malam takbiran atau 16 Juli, diadakan takbiran dan pagi harinya, atau 17 Juli diadakan shalat Ied. Setelah itu, dilakukan penabuhan gamelan sekaten. Pada 18 Juli open house/ silaturahmi, 24 Juli hajat syawalan dan 26 Juli grebeg syawal ziarah ke Astana Gunung Jati.

''Kami keluarga besar Keraton Kasepuhan menghaturkan selamat ibadah puasa Ramadhan. Marilah memperbanyak shalat sunah, zikir, membaca Alquran, sedekah dan zakat,'' tandas Sultan.

Terpopuler