Jelang Ramadhan, Harga Cabai di Padang Meroket

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: M Akbar

Rabu 17 Jun 2015 22:21 WIB

Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5). Foto: Republika/Adhi Wicaksono Pedagang memeriksa cabai di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Selasa (6/5).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dinas Perdagangan dam Perindustrian Provinsi Sumatra Barat (Disperindag Sumbar) mengungkapkan telah terjadi peningkatan kebutuhan cabai pada H -1 Ramadhan. Kindisi ini berakibat dengan melejitnya harga cabai yang semakin tinggi.

"Kenaikan harga cabai dibanding beberapa hari lalu, mencapai 25 persen. Harga sebelumnya Rp 36 ribu per kg, saat ini harga cabai per kilonya sudah menyentuh Rp 40 ribu," tutur Kepala Disperindag Sumbar, Mudrika di Padang, Rabu (17/6).

Dikatakannya, selain cabai, sejumlah komoditi juga mengalami kenaikan seperti, telur, tepung, gula, daging ayam, kacang tanah. Menurutnya, adanya kenaikan harga ini, merupakan hal wajar, mengingat kebutuhan menjelang Ramadhan juga menunjukkan peningkatan.

Mudrika mengatakan, Disperindag Sumbar akan berkoordinasi dengan para distributor sebagai upaya untuk menekan kenaikan harga menjelang Ramadhan.

"Tugas kita mengendalikan harga, jadi kita akan langsung berbicara dengan distributor," kata dia.

Terkait dugaan adanya permainan harga oleh sejumlah oknum, Mudrika menuturkan, Disperindag telah bekerjasama dengan pihak berwajib untuk membuktikan hal tersebut. Berdasarkan hasil penyelidikan, kata dia, melambungnya harga komoditi menjelang Ramadhan dikarenakan pasokan yang berasal dari Pulau Jawa.

"Distribusi saat ini berasal dari Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kita sudah turun bersama dengan kepolisian untuk menyelidiki ini," ujarnya.

Disperindag Sumbar, lanjutnya, telah memantau kenaikan harga ini pada tiga pasar besar di Kota Padang, seperti Pasar Raya Padang, Pasar Siteba dan Pasar Lubuk Buaya. Menurutnya, komoditi Kota Padang mengalami surplus. Sehingga, ia meminta kepada masyarakat untuk tidak terlalu khawatir dengan stok kebutuhan pokok selama Ramadhan.

"Setelah kita hitung kebutuhan per bulan dan dibandingkan dengan ketersediaan, kita masih surplus untuk komoditi pokok. Jadi, tidak perlu cemas," imbuhnya.

Terpopuler