REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN -- Hayyi mengungkapkan, di antara rasa syukur yang ada, hal yang paling dia syukuri adalah sang Ibu. Menurutnya, ibu merupakan anugerah yang harus dia syukuri dalam hidup ini.
Bagi Hayyi, ibu merupakan motivator dalam kehidupannya. Darinya, Hayyi mengaku bisa memiliki semangat besar untuk dekat kepada Allah SWT. Dalam hal ini, dia bisa mengenal Alquran meski mata tak mampu melihat.
Hayyi bercerita, kecintaannya terhadap Alquran terjadi karena nasihat ibunda. Ibunya selalu meminta dia untuk bisa belajar agama lebih mendalam. “Ibu selalu meminta saya ikut pengajian,” kenang pria yang bertempat tinggal di Ciputat, Tangeran Selatan.
Masa remaja merupakan titik awal Hayyi untuk mengenal Allah SWT lebih dekat. Dia mulai mempelajari Alquran dan belajar ibadah lebih giat lagi dengan orang-orang hebat normal lainnya.
Waktu terus berlalu, Hayyi pun terus mendalami ayat Alquran. Namun dia mengungkapkan semua pembelajaran Alquran itu harus terhenti sekitar pada 2004. “Hapalan saya tidak saya teruskan lagi sejak saat itu karena faktor semangat,” ujar dia.
Usia Hayyi semakin dewasa dari waktu ke waktu. Namun ternyata rasa semangat menghapal Alquran kembali lagi ke dalam dirinya setelah menunggu sekian waktu. Tepat pada 2012, Hayyi mulai aktif mengikuti kegiatan pengajian di Yayasan Almuthafifin. Dia memperoleh informasi ini dari Sang Bunda.
Hayyi bercerita bahwa ibunya telah meminta dirinya untuk mengikuti sebuah pengajian khusus tunanetra. Menurut sang Ibu, kata Hayyi, pengajian itu akan memberikan fasilitas yang khsusus, yakni penyediaan Alquran Braile. Sejak saat itu, Hayyi pun mulai mempelajari dan menghapal Alquran dengan media itu.
Setelah memperoleh kawan baru di Yayasan Almuthafifin, Hayyi mengaku semakin semangat untuk menghapal Alquran. Bahkan, hingga saat ini dirinya mengungkapkan telah menghapal 17 juz ayat Alquran.
Pencapaian hapalan Alquran Hayyi merupakan bukan hal yang mudah untuk dilakukannya. Ketekunan menjadi salah satu cara Hayyi menyatu dengan ayat Allah SWT. Hayyi mengaku sering mengalami kesulitan saat membaca dan menghapal Alquran. Menurutnya, situasi ini terjadi ketika rasa malas dan’kantuk mulai menyergapnya.
Pada situasi ini, Hayyi menegaskan tidak akan memaksa untuk menghapal Alquran. Dia akan mulai mempelajari Alquran setelah kondisi itu menghilang dengan sendirinya. Sebabnya, Hayyi menyatakan tidak memiliki target untuk bisa menghapal Alquran dalam jangka waktu tertentu. Yang pasti, lanjut dia, dia selalu mencoba membaca ayat Alquran minimal setengah lembar per hari.
Hayyi menjelaskan bahwa caranya dalam menghapal Alquran serupa dengan metode orang lain pada umumnya. “Saya baca berulang sejumlah ayat sampai saya hapal,” tegasnya. Dia juga menerangkan, selalu mencoba menghapal pada saat waktu luang dan pada jam-jam waktu dhuha.
Pria berjenggot ini juga mengupamakan bahwa menghapal Alquran itu seperti belut. “Lengah sedikit langsung mental hapalannya,” jelas dia. Karena itu, menurut dia, ketekunan sangat diperlukan dalam kegiatan ini.
Menurut dia, hal terpenting saat menghapal Alquran itu bukan hanya sekedar menghapal. Tapi, dia menambahkan, menjaga hapalannya juga. Oleh sebab itu, Hayyi selalu mencoba mengulang hapalannya agar ayat-ayat Allah itu tidak menghilang begitu saja.