Awal Ramadhan NU-Muhammadiyah Diprediksi Selalu Serentak Hingga 2023

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Indah Wulandari

Selasa 16 Jun 2015 18:36 WIB

Perukyat menggunakan teleskop saat pemantauan hilal untuk menentukan 1 Ramadhan di Observatorium As-Salam, Sukoharjo, Jawa Tengah. Foto: Antara/Andika Betha/ca Perukyat menggunakan teleskop saat pemantauan hilal untuk menentukan 1 Ramadhan di Observatorium As-Salam, Sukoharjo, Jawa Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Penentuan awal bulan Ramadhan antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) diperkirakan serentak hingga tahun 2023 mendatang.

"Insya Allah kondisi seperti ini (Muhammadiyah dan NU sama) katanya akan berlangsung sampai 2023," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, Selasa (16/6).

Kekompakan penetapan awal Ramadhan itu, ujarnya, terjadi karena fenomena alam. Posisi bulan selama rentang waktu tersebut diperkirakan akan sangat tinggi. Sehingga, meskipun Muhammadiyah dan NU menggunakan metode yang berbeda dalam menentukan awal Ramadhan, hasilnya akan sama.

Din melanjutkan, Muhammadiyah sendiri memiliki tiga kriteria dalam menentukan awal Ramadhan. Pertama, kata dia, terjadi ijtimak atau konjungsi, yakni kondisi saat matahari, bulan dan bumi berada dalam satu garis lurus.

"Itu pertanda bulan lama berakhir, bulan baru akan datang," katanya.

Kriteria kedua, lanjut Din, ijtimak harus terjadi sebelum matahari terbenam. Kriteria terakhir, saat matahari terbenam, bulan masih di atas ufuk, baik posisinya setengah derajat, satu derajat atau dua derajat.

Muhammadiyah sendiri akan mulai menjalankan ibadah puasa pada Kamis (18/6) lusa. Sementara Idul Fitri ditetapkan Muhammadiyah jatuh pada 17 Juli.

Terpopuler