Tukang Becak Yogyakarta Antusias Daftar Pesantren Ramadhan

Rep: Yulianingsih/ Red: Indah Wulandari

Selasa 16 Jun 2015 16:39 WIB

Seorang tukang becak melintas di Jalan Malioboro, Yogyakarta. Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Seorang tukang becak melintas di Jalan Malioboro, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Selama Ramadhan 1436 Hijriyah, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kota Yogyakarta akan menggelar pesantren khusus bagi para tukang becak di Kota Yogyakarta.

“Semula hanya kami targetkan 25 tukang becak. Namun ternyata sambutannya cukup antusias hingga ada 49 peserta yang mendaftar," ujar Sekretaris Baznas Kota Yogyakarta Misbahruddin, Selasa (16/6).

Ia mengatakan, selama ini kelompok tukang becak tidak menjadi sasaran dalam pendampingan ibadah saat Ramadhan. Diakuinya, pengemudi becak merupakan kelompok yang cukup lemah. Pendampingan ibadah bagi mereka juga minim.

Selain itu, selama puasa mereka memiliki tantangan lapar dan dahaga sehingga membutuhkan pendampingan agar ibadahnya tuntas dikerjakan.  

Menurutnya, masih banyak peserta  yang mendaftar namun pihaknya  membatasinya karena keterbatasan sarana.

Setiap pengemudi becak yang terdaftar sebagai peserta pesantren akan memperoleh berbagai fasilitas. Antara lain, penginapan dan tempat parkir becak, konsumsi berbuka puasa, konsumsi tadarus Alquran, konsumsi sahur, perlengkapan mandi, Alquran, sarung, baju, kaos, peci dan tas.

Selain itu, bagi peserta yang mampu menuntaskan program pesantren akan mendapatkan fasilitas tambahan. Yakni berupa uang saku Rp 1 juta, serta bingkisan bahan kebutuhan pokok seperti beras, minyak goreng, gula pasir, roti, teh, dan kopi.

Kegiatan tersebut dipusatkam di Masjid Diponegoro, kompleks Balai Kota Yogyakarta. Para tukang becak yang mengikuti kegiatan ini dites kesehatan terlebih dahulu.

"Beberapa materi yang diberikan antara lain salat berjamaah, mengaji bersama dan pengajian. Di awali sehabis sahur bersama hingga salat subuh berjamaah," katanya.

Setelah materi itu, pengemudi becak bisa beraktivitas seperti biasa. Saat Dhuhur, maka harus bisa salat berjamaah, kemudian Ashar juga demikian hingga dilanjutkan pengajian jelang berbuka dan salat tarawih.

 "Mereka masih bisa bekerja seperti hari biasa, tapi ada plusnya yakni mendapat pahala," katanya.

Terpopuler