REPUBLIKA.CO.ID, Menjadi pemeluk agama minoritas di Amerika Serikat (AS), tentu tidak mudah. Ali Abdi, seorang diplomat muslim asal AS mengakui adanya tantangan tersendiri sebagai seorang muslim di negara adidaya itu.
Ali sedikit membagi kisahnya kepada ROL ketika dijumpai di sela-sela demo masak menu Ramadhan di The Dharmawangsa Hotel, beberapa waktu lalu. Menurutnya, tantangan utama menjadi seorang Muslim AS adalah berbagi informasi tentang Islam.
“Tantangan terbesar kami adalah mengkomunikasikan kepada banyak orang tentang apa dan bagaimana Islam itu sebenarnya. Sebab, di AS sendiri banyak sekali informasi yang kurang akurat mengenai Islam,” tutur Ali.
Kurang akuratnya informasi, kata dia, bukan terkait dengan ritual keagamaan. Informasi negatif justru banyak menyasar citra Islam secara keseluruhan, yakni sebagai agama yang identik dengan kekerasan dan terorisme.
“Masyarakat arus utama AS memiliki persepsi tersendiri soal Islam. Sementara kami sebagai umat Islam AS hidup dalam realitas yang kami yakini. Memang ada peluang miskomunikasi terhadap dua kondisi ini,” lanjutnya.
Untuk mengatasi miskomunikasi, Ali mengaku melakukan berbagai hal untuk menjelaskan informasi tentang Islam sebanyak-banyaknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh rekan-rekannya sesama Muslim AS.
“Saya lakukan apa saja yang saya bisa supaya orang tahu, apa itu Islam ? agama seperti apa Islam itu ? jika membutuhkan penjelasan panjang, saya dengan senang hati mau diajak berdiskusi. Saya juga memberikan contoh-contoh kecil lewat perilaku sehari-hari,” tambahnya.