REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Makna puasa bukan hanya sebagai ritual manusia dengan Allah, tapi juga sebagai ibadah ghairu mahdah atau melakukan ibadah yang bukan murni berhubungan secara langsung dengan Allah.
“Dalam istilah lain dikatakan bahwa semua bentuk amal kegiatan yang tujuannya untuk taqarrub ilallah, serta tempat dan waktunya tidak diatur secara rinci oleh Allah, maka itu disebut sebagai ibadah ghairu mahdhah,” jelas Sekretaris Jenderal Kemenag Nur Syam, ahad 14/6).
Di antara ibadah yang termasuk ibadah ghairu mahdhah adalah sedekah, infak, membuang sesuatu yang dapat menghalangi orang di jalan, belajar, mengajar, dzikir, dakwah, tolong menolong, gotong royong, dan rukun dengan tetangga.
Maka, Nur Syam berharap umat muslim Indonesia semakin meningkatkan tadarus Alquran serta memperbanyak infak maupun membayar zakat. Lantaran hal itu lebih sesuai dengan kondisi penduduk Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi.
“Kebaikan memang harus dilakukan kapanpun, tapi saya berharap, bulan suci ini juga dijadikan sebagai momentum kembalinya melakukan kebaikan antarsesama,” ujar Nur Syam.
Inspektur Jenderal Kemenag (Irjen) Dr Muhammad Jasin juga mengimbau pada masyarakat Muslim dan non-muslim untuk saling menghormati di bulan Ramadhan.
Jasin juga mengajak masyarakat muslim untuk meningkatkan segala macam ketakwaan di bulan Ramadhan. Bisa dimulai dari membiasakan diri berperilaku baik, membiasakan lidah berkata-kata baik, dan menahan amarah.
Dan terpenting, Jasin juga berharap momentum Ramadhan ini supaya juga dimanfaatkan sebagai hari untuk memohon ampun sebanyak-banyaknya pada Allah SWT dan juga saling memaafkan antarmanusia.
“Salah satu ciri takwa, wa’afina ‘aninnas atau saling memaafkan. Sebenarnya setiap saat kita harus berjiwa memaafkan jadi bukan hanya di bulan puasa saja,” kata Jasin.