Matahari Bersinar 24 Jam, Muslim di Lingkar Kutub Utara Atur Strategi Puasa

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indah Wulandari

Senin 15 Jun 2015 08:05 WIB

Matahari tenggelam di Lingkar Kutub Utara pada tengah malam Foto: theatlantic.com Matahari tenggelam di Lingkar Kutub Utara pada tengah malam

REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Ramadhan 1436 Hijriyah di kawasan Arktik atau Lingkar Kutub Utara akan dimulai 18 Juni. Muslim di kawasan ini akan menjalani Ramadhan penuh tantangan karena matahari diperkirakan akan bersinar selama 24 jam di utara.

Di selatan, matahari hanya terbenam selama dua jam. Lalu, kapan dan bagaimana mereka yang ada di utara bisa sahur dan berbuka puasa?

"Kita hendaknya memulai puasa sebelum matahari terbit, saat fajar. Namun, masalahnya tidak ada fajar dibulan musim panas ini di Stockholm," kata Juru Bicara Asosiasi Muslim Swedia Mohammed Kharraki, dilansir dari Vanguard Ngr, Senin (15/6).

Pada tahun-tahun sebelumnya, Muslim di kota-kota sub-Arktik, seperti Kiruna disarankan berbuka puasa di waktu yang sama seperti warga yang tinggal di selatan. Namun, pertemuan imam-imam Swedia dan negara-negara Eropa lainnya baru-baru ini membuat pendekatan berbeda.

Kharraki menjelaskan bahwa masyarakat berbuka puasa di waktu yang sama ketika matahari terbenam sehari sebelumnya. Masyarakat juga berpuasa kembali mengikuti waktu matahari terbit sehari sebelumnya.

Aturan baru ini tengah disusun. Di dalamnya ada panduan waktu untuk berbuka puasa lebih awal di malam hari, agar sesuai dengan waktu berpuasa umat Muslim di belahan dunia lainnya.

Di dalam panduan turut terdapat bagaimana cara memberlakukan aturan baru dan saran bagaimana umat Muslim bisa berpuasa untuk menghindari jatuh pingsan akibat kekurangan makanan dan minum.

"Orang-orang bisa mencoba berpuasa selama 19 jam, namun tak harus selama itu. Bukan itu konsepnya. Jika Anda tak sanggup lagi mengerjakan pekerjaan Anda atau tak bisa berdiri lagi dengan baik, maka tu sudah waktunya Anda berbuka puasa," kata Kharraki.

Terpopuler