REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Penentuan waktu puasa adalah hal sulit bagi Muslim Nordik lantaran tidak ada batas yang jelas kapan matahari terbit dan terbenam.
Mengatasi hal itu, sebuah organisasi Islam Swedia membuat pedoman baru yang mengatur penentuan jadwal puasa selama bulan suci Ramadhan.
"Kami punya dua pertanyaan yang sulit, tidak hanya kapan Anda bisa berbuka, tetapi juga kapan Anda harus mulai berpuasa," kata Mohammed Kharraki, juru bicara Asosiasi Islam Swedia, seperti dilansir dari Onislam.net.
Ia menambahkan, umat Islam seharusnya mulai berpuasa sebelum matahari terbit, saat fajar. Tetapi, tidak ada fajar yang tampak jelas pada bulan-bulan musim panas di Stockholm.
Di beberapa bagian di utara Swedia, seperti Kiruna, matahari tidak pernah terbenam untuk sebagian besar hari-hari di Juni dan Juli. Hari-hari yang tidak jelas batas pagi dan petangnya ini telah menimbulkan kebingungan di tengah umat Islam Swedia yang ingin menjalankan ibadah puasa.
Pada tahun-tahun sebelumnya, umat Islam di kota sub-Arktik seperti Kiruna disarankan untuk berbuka puasa pada waktu yang sama seperti orang-orang di selatan, tapi pertemuan para imam Eropa di Swedia utara pekan ini merekomendasikan pendekatan baru.
"Sekarang Anda harus mengikuti waktu kapan terakhir kali matahari terlihat jelas terbit dan terbenam," kata Kharraki. Ia menambahkan pedoman rinci sedang dikerjakan.
Dibuat oleh European Council for Fatwa and Research, aturan baru ini akan berlaku di seluruh benua dan akan mencakup nasihat tentang situasi di mana Muslim di sana dapat berbuka untuk menghindari dehidrasi.
"Orang-orang bisa mencoba untuk berpuasa selama 19 jam, jika Anda kuat. Jika Anda sudah tidak sanggup melakukan pekerjaan atau sekedar untuk berdiri di atas kaki sendiri, maka saatnya untuk berbuka puasa," kata Kharraki.
Menurut sebuah perkiraan, Muslim di Swedia mencapai sekitar 200ribu orang dari sembilan juta penduduk Swedia. Namun, menurut Islamic Center di Malmo, ada sekitar 350.000 Muslim yang tinggal di Swedia.