REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Ramadhan merupakan bulan suci bagi umat Muslim sedunia karena menjadi momentum peningkatan ibadah.
Dalam bulan Ramadhan, segala amal perbuatan akan dilipat gandakan. Namun sayangnya justru beberapa orang hanya terlena pada euforia konsumtif di bulan ini, baik itu makanan pakaian dan sebagainya.
Profesor ekonomi dan pemasaran internasional di King Abdulaziz University Habibullah Turkistani beranggapan konsumen harus bertanggung jawab atas tindakan mereka dan harus merasionalisasikan pembelanjaan selama bulan Ramadhan.
"Bulan suci Ramadhan adalah bulan ibadah, dan bukan bulan makan serta konsumsi," ujar Habibullah dilansir laman berita arabnews.com, Senin (8/6).
Seiring dengan mendekatinya bulan Ramadhan, beberapa toko bersaing sengit atara satu sama lain untuk memikat pelanggan dengan promosi produk yang menarik dengan harga yang rendah. Hal tersebut, ujarnya, menyebabkan peningkatan konsumsi yang tidak biasa.