REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Ramadhan yang semakin dekat semakin dimanfaatkan berbagai kalangan menyiapkan segala sesuatunya.
Termasuk yang dilakukan oleh penyandang diabetes. Mereka sudah mulai memeriksakan kesehatan ke dokter sebelum berpuasa.
Indonesia terdata sebagai negara penyandang diabetes terbesar nomer lima di dunia. Melalui hal itu menunjukan, penyandang diabetes tidak ingin kondisinya menjadi penghalang untuk melakukan ibadah.
"43 persen Muslim dengan penyandang diabetes tipe 1 dan 79 persen penyandang tipe 2 melakukan puasa," ujar Prof. Dr. Pradana Soewondo selaku Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia saat acara di Hotel Doble Tree, Cikini, Jakarta pusat, belum lama ini.
Ia menjelaskan bahwa meski penyandang diabetes bertambah rentan ketika berpuasa, bukan berarti tidak bisa berpuasa. "Setiap manusia memiliki cadangan gula 7 gram per jam, sehingga tidak berbahaya untuk penyandang diabetes," ujar Dr. Pradana.
Meski begitu tetap penting bagi penyandang diabetes berkonsultasi kepada dokter untuk mengetahui kesiapan kondisi tubuh dalam menghadapi bulan Ramadhan. Karena jika penyandang diabetes melakukan ibadah puasa tanpa ada kontrol dari dokter, dikhawatirkan terjadi hal-hal yang justru membahayakan tubuh.
Kondisi yang sering muncul ketika penyandang diabetes melakukan ibadah puasa seperti hipoglikemi, hiperglikemi, ketoasidosis diabetik, dan dehidrasi serta trombosis. Ketika komplikasi ini terjadi, maka sudah seharusnya penyandang diabetes menghentikan ibadah puasa.