Pasokan Elpiji Saat Ramadhan Harus Ditambah

Rep: C97/ Red: Indah Wulandari

Sabtu 11 Jul 2015 06:14 WIB

Pekerja menata tabung elpiji ukuran 12 kilogram di salah satu agen di Jakarta, Rabu (4/3). Foto: Republika/Yasin Habibi Pekerja menata tabung elpiji ukuran 12 kilogram di salah satu agen di Jakarta, Rabu (4/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengharapkan PT Pertamina menambah pasokan elpiji 3 kilogram untuk daerah ini selama bulan puasa hingga Lebaran 2015.

"Biasanya pas bulan puasa elpiji 3 kilogram digelontor tambahan hingga dua kali lipat dari kuota normal. Mudah-mudahan nanti juga demikian," kata Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Bantul Sulistyanto, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, selama Ramadhan, tingkat konsumsi masyarakat meningkat, dan itu berdampak pada penggunaan elpiji bersubsidi tersebut di tingkat konsumen rumah tangga naik sehingga perlu ada tambahan stok agar bisa memenuhi kebutuhan.

Jatah elpiji 3 kilogram untuk Bantul yang diberikan Pertamina, kata dia, rata-rata sebanyak 22.000 tabung per hari. Dengan demikian, harapannya saat puasa nanti pasokan bertambah menjadi sekitar 44.000 tabung per hari.

"Kalau ditambah, mesti stok di pangkalan akan 'membleng' (berlebihan). Yang terjadi berdasarkan pengalaman tahun lalu, pangkalan mau tidak mau menjual di bawah harga eceran tertinggi (HET) Rp15.500,00 per tabung," katanya.

Masalahnya, kata dia, setiap pangkalan yang mendapat pasokan dari agen Pertamina harus dapat menghabiskan atau menjual elpiji beserta tambahannya maksimal seminggu. Pasalnya, kalau tidak habis, akan kena sanksi.

"Seminggu (stok di pangkalan) harus habis karena dalam kontrak usaha seperti itu, untuk tambahan stok biasanya diberikan ke pangkalan-pangkalan besar," katanya.

Sementara itu, terkait dengan kondisi elpiji 3 kg belakangan ini, dia mengungkapkan sedikit mengalami gejolak karena konsumen di sebagian wilayah sempat kesulitan untuk mendapat barang bersubsidi itu, bahkan harganya melambung.

"Ini karena kepanikan masyarakat yang berakibat pada aksi borong. Dulu stok di pangkalan bisa sampai empat hari. Namun, sekarang hanya dua hari karena stok yang dulunya di pangkalan dan pengecer sekarang justru pindah ke konsumen," katanya.

Terpopuler