REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Bulan Ramadhan 1436 Hijriah akan segera tiba. Nusa Tenggara Barat, provinsi yang terkenal dengan pulau Seribu mesjid memiliki tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
“Meresi Kubur merupakan salah satu tradisi bersih-bersih kuburan dan pembersihan diri serta jiwa masyarakat Sasak pada 15 hari sebelum bulan Ramadhan, “ terang pegiat budaya Sasak NTB Sahnan, Ahad (31/5).
Kegiatan tersebut, ujarnya, sebagai harapan agar masyarakat bisa menjalankan ibadah puasa dalam keadaan yang bersih. Selain itu, bersih-bersih pun dilakukan di pondok pesantren dan masjid yang akan digunakan untuk beribadah.
“Sebelum masuk bulan suci Ramadhan, masyarakat melakukan bersih-bersih pesantren, surau bahkan masjid yang akan dipakai beribadah. Termasuk bersih-bersih kuburan sebab selama bulan suci, penyiksaan (kepada yang meninggal) tidak ada,” ujarnya.
Budayawan Sasak lainnya Saupi mengatakan, tradisi membersihkan tempat-tempat seperti kuburan, lingkungan merupakan upaya membersihkan diri, lingkungan dan jiwa. Tradisi itu, ujarnya, memiliki nilai sufistik, yaitu membersihkan diri dari segala hal yang bersifat negatif.
“Lima belas hari sebelum Ramadhan, tiba waktunya melakukan pembersihan diri dan jiwa dengan nuansa nilai sufistik,” ungkapnya.
Ketua Harian Majelis Adat Sasak, Lalu Bayu Winda atau yang akrab dipanggil Mi Bayu mengatakan tradisi Meresi Kubur tidak hanya menyangkut bersih-bersih. Akan tetapi, momentum bersilaturahmi di antara keluarga. Sebab, saat melakukan tradisi tersebut, masyarakat bersama-sama pulang ke kampung halaman.
“Sebagian besar di desa melaksanakan tradisi itu termasuk yang berada di kota pulang. Momentum itu digunakan untuk bersilaturahmi. Dimana yang jauh menjadi lebih dekat,” ungkapnya.
Menurutnya, tradisi itu tidak hanya berfungsi sebagai perekat silaturahmi. Akan tetapi, sisi positif yang lain dari tradisi bersih-bersih adalah menjaga kebersihan sanitasi.