Harinya Hewan Berkalung Ketupat (2-Habis)

Rep: c67/ Red: Joko Sadewo

Ahad 03 Aug 2014 23:57 WIB

Ketupat, simbol kebahagian dalam Idul Fitri Foto: Republika/Wihdan Hidayat Ketupat, simbol kebahagian dalam Idul Fitri

REPUBLIKA.CO.ID, MADURA -- Berdasarkan cerita dari kakeknya, menurut dia, mengalungkan ketupat kepada hewan merupakan sisa-sisa dari kepercayaan terdahulu. Hingga kini, kata Yanto, masih dilakukan oleh masyarakat desa Banjar Talalah.

Dalam kepercayaan masyarakat di desa Banjar Talalah, hewan yang masih hidup mampu mendoakan pemiliknya agar murah rezeki. Namun, yang terpenting, tutur Yanto, keselamatan keluarga. "Tradisi ini hampir ada di masyarakat Camplong," katanya.

Lebih lanjut, Yanto menjelaskan, di luar tradisi mengalungkan ketupat kepada hewan acara doa bersama di Masjid atau di Mushollah tetap dilakukan. Menurut Yanto, masyarakat berkumpul dengan membawa ketupat untuk kemudian dimakan bersama-sama seusau doa bersama. "Biasanya melakukan tahlil," tuturnya.

Pelaksanaan doa bersama di Masjid dan Musholla, lanjut, Yanto, dilakukan pada pagi atau malam hari. Biasanya, tutur Yanto, ketupat diolah menjadi rujak.

Tradisi lebaran ketupat, seperti di Desa Banjar Talalah, Camplong, Sampang tidak ditemui di Sumenep. Masyarakat Sumenep pada saat hari raya ketupat hanya berkumpul di Masjid untuk melakukan doa bersama.

Wisnu, warga desa gapura tengah, kecamatan gapura, kabupaten Sumenep mengatakan, sejak sehari sebelum hari raya ketupat masing-masing keluarga sibuk menyiapkan janur untuk menbuat ketupat. Namun, kata Wisnu, ada juga yang langsung membeli kerangka ketupat yang sudah siap diisin dengan beras.

Menurut Wisnu, berkumpulnya masyarakat di satu tempat pada hari raya ketupat untuk lebih mempererat tali silaturahmi. Selain itu, lanjut Wisnu, saling bertukar ketupat untuk menggalakkan sadaqah.

Terpopuler