Arus Balik Dimulai, Jakarta Diserbu Para Pendatang

Rep: c78/ Red: Bilal Ramadhan

Sabtu 02 Aug 2014 02:45 WIB

Pendatang saat tiba di Jakarta. Foto: Republika/Edi Yusuf Pendatang saat tiba di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Di antara adzan maghrib yang berkumandang di langit Terminal Lebak Bulus, kesibukan belum juga usai di sana. Suara mesin kendaraan dari sana sini bercampur dengan suara bapak sopir yang memanggil-manggil "muatan".

Kenek dan pedagang asongan pun tampak mondar mandir. Di sepanjang trotoar, para pedagang kaki lima anteng menunggui dagangan. Begitu pun tukang ojek, siaga mengantarkan siapa pun ke tempat mana pun, dengan tarif yang dapat dikompromikan. Mereka kelimun yang lalu lalang dengan berbagai maksud dan tujuan.

Di antara sibuknya terminal, seorang pemuda jangkung berkulit gelap tampak kebingungan di sisi sebelah kiri gerbang masuk terminal. Kepada sejumlah orang, ia menanyakan alamat yang tertulis di ponselnya dengan tujuan kawasan Mangga Dua.

Setelah mendapat informasi yang cukup jelas soal rute kendaraan, ia pun memutuskan untuk rehat sejenak sambil menunaikan shalat di musala terminal. "Sempat saya beberapa kali ke Jakarta untuk berlibur, tapi untuk niat merantau dan sendirian seperti ini, jujur baru pertama kali, bingung juga tahu-tahunya," kata dia kepada ROL.

Logat khas padang sangat kentara dari nada bicaranya, sebab ia memang lahir dan tumbuh besar di Padang Pariaman. Nama pemuda berusia 23 tahun itu Rakhmat Faisal. Sebagai pendatang, sarjana lulusan teknik informatika di salah satu universitas swasta di Sumatera Barat itu tampak percaya diri. Iya ingin mengikuti jejak Uda-nya. Sukses berbisnis di Ibu Kota.

Sebagai tempat persinggahan, terminal di Ibu Kota selalu ramai. Seperti rangkaian ritual mudik dan balik, setiap tahun Jakarta kedatangan banyak pendatang dari berbagai daerah. Termasuk di dalamnya Faisal, yang tengah memulai mengadu peruntungan di Jakarta.

Tapi Faisal punya definisi tersendiri memaknai suksea itu apa. Menurutnya, sukses sebagai perantau adalah ketika seseorang tak lagi jadi beban. Bahkan, ia bisa bermanfaat dan membuka lapangan kerja untuk orang-orang sekitar.

"Karena sarjana itu bukannya menjadi buruh atau pegawai, tapi jadi bos," katanya dengan mata berbinar-binar. Satu hal lagi, pendatang yang suksea menurutnya adalah ia yang tak lupa untuk kembali ke kampung halaman, membahagiakan kedua orang tua.

Terpopuler