Optimistis Pendatang Menatap Wajah Ibu Kota

Rep: c78/ Red: Agung Sasongko

Jumat 01 Aug 2014 15:02 WIB

Pendatang saat tiba di Jakarta. Foto: Republika/Edi Yusuf Pendatang saat tiba di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jakarta, sebagai ibu kota dan pusat ekonomi Indonesia menawarkan daya tarik besar kepada para pendatang. Tanpa harus memikirkan bagaimana hidup di ibu kota, para pendatang percaya rezeki toh tak kemana.

"Kalau di kota, kerjaan mah ada saja nanti," ungkap Fikri, 19 tahun, perantau asal Cianjur, Jawa Barat, saat berbincang dengan ROL, Jumat (1/8).

Di Terminal Kampung Rambutan, ia tampak anteng beristirahat di salah satu sudut dekat musala terminal. Terminal baginya merupakan tempat singgah. Ia bermaksud menuju salah satu keluarganya di Jakarta yang berada di kawasan Blok M.

Tak banyak barang yang ia bawa. Hanya beberapa potong pakaian, kartu identitas, uang ongkos yang semuanya dibungkus oleh tas punggung. Untuk berjaga-jaga, ia membawa selembar ijazah SMA beserta foto copy nya. Rencana jangka pendek, ia akan ikut tinggal di rumah saudaranya sambil cari kerja.

Fikri optimistis ibu kota merupakan gudangnya lapangan kerja. "Apa aja di Jakarta ada, pokoknya kalau pulang kampung harus bawa kabar sukses dari Jakarta," kata pria belia berkulit putih itu optimis.

Setelah ditelisik, akhirnya Fikri mau bercerita. Ia datang bukannya tanpa rencana. Ada salon kecantikan di kawasan Blok M, dan ia bermaksud melamar kerja di sana. Informasi soal lowongan kerja salon tersebut ia dapat dari saudaranya, bahwa di sana sedang membutuhkan karyawan tambahan. Sebab persyaratannya dirasa tak terlalu muluk, ia pun percaya diri akan diterima bekerja di sana nantinya.

Perantau lainnya adalah Daud asal Riau. Ia datang ke Jakarta bukan untuk pertama kalinya. "Ini yang kedua," katanya singkat ketika sedang menunggu bus di terminal Kampung Rambutan. Pria jangkung berkulit gelap itu datang untuk menjadi kuli bangunan. Namun setelah ROL memperkenalkan diri Daud mendadak bertingkah terburu-buru. Ia selalu menjawab singkat setiap pertanyaan. Maka, tak banyak kisah yang ia ceritakan.

Jika Fikri dan Daud merantau sendirian, maka Dewi (21 tahun) perantau asal Indramayu datang dengan tiga temannya. Dua perempuan dan seorang laki-laki. Mereka datang dengan satu tujuan, yakni menjadi buruh garment di salah satu perusahaan kawasan Gatot Subroto. Mengapa Jakarta, sebab menurutnya, segala sesuatu ada di ibu kota. Lagi pula, ia tak takut merantau karena menjalaninya bersama teman-teman seperjuangan.

Begitulah ibu kota. Setiap tahun ia menarik sejumlah pendatang yang ingin mencari peruntungan. Mereka datang dengan satu harapan, yakni meraih sukses dan membawa kabar baik ketika pulang kampung kelak.

Terpopuler