Contoh Rasulullah Optimalkan Syawal

Rep: c78/ Red: Agung Sasongko

Kamis 31 Jul 2014 23:59 WIB

Seorang Muslim tengah membaca Alquran di masjid. Foto: Antara Seorang Muslim tengah membaca Alquran di masjid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua PP Muhammadiyah Yunahar Ilyas menyebut, Syawal juga harus dijadikan momen berbagi. Di tengah umat yang juga menjalani proses kebudayaan di bulan Syawal dengan berlebaran dan halal bi halal, masyarakat harus tetap memperkaya diri dengan banyak berbagi, bukannya menghambur-hamburkan uang secara mubazir.

"Menjalani Idul Fitri sebagai budaya, masyarakat harus mengisinya dengan kegiatan berbagi, menjalani tradisi boleh-boleh saja selama tidak melanggar yang dilarang Allah," katanya. Hal yang dilarang tersebut, lanjut dia, misalnya anak-anak muda yang berangkat ke pantai lalu berdua-duaan padahal bukan muhrim, atau mereka yang turun ke jalanan dengan motor, lantas kebut-kebutan di jalanan. 

Selain itu, ia menuturkan, mengekspresikan tradisi lebaran, seperti membuat ketupat, opor ayam, saling menjamu dan mendatangi kerabat, tak boleh dibarengi dengan praktik pemubadziran harta, atau membelanjakan harta secara berlebihan. Yunahar menambahkan, saling memaafkan di Idul Fitri juga baik karena paling gampang minta maaf di momen Idul Fitri.

"Kalau di luar Idul Fitri susah minta maafnya," tuturnya.

Lebih jauh, ia mengimbau agar masyarakat mencontoh perilaku Rasulullah Saw. yang melakukan puasa sehari setelah satu Syawal. Tujuannya, agar umat Islam terbiasa menahan hawa nafsu yang memang sebelumnya telah dibiasakan ketika Ramadhan berlangsung.

"Pelatihan selama sebulan di Ramadhan jangan disia-siakan, tapi harus diistikomahkan sampai setahun ke depan," lanjutnya. 

Terpopuler