Lestarikan Budaya Lebaran Topat

Red: Agung Sasongko

Kamis 31 Jul 2014 18:21 WIB

Ziarah Lebaran Topat Foto: Antara Ziarah Lebaran Topat

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Pemerhati Budaya Sasak di Mataram, Nusa Tenggara Barat, Lalu Anggawa Nuraksi mengatakan Lebaran "topat" patut untuk dijaga dan dilestarikan termasuk nilai-nilai yang terkandung didalamnya.

"Lebaran 'topat" merupakan tradisi dan warisan dari para Leluhur Suku Sasak yang mengandung kearifan budaya lokal, maka wajib hukumnya untuk dilestarikan," katanya di Mataram, Kamis (31/7).

Lalu Anggawa Nuraksi yang dikenal dengan Mamiq Anggawa mengatakan bahwa perayaan Lebaran "topat" hingga saat ini masih banyak disalahartikan oleh masyarakat, khususnya warga Suku Sasak di Lombok. "Sebenarnya, Lebaran "topat" merupakan bentuk rasa kegembiraan dari umat Islam dalam menunaikan Ibadah puasa sunnah di bulan Syawal, yaitu puasa selama 6 hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri," katanya.

Akan tetapi, dalam kenyataannya hingga saat ini, kata dia, banyak masyarakat hanya ikut dalam merayakan Lebaran "topat", tanpa mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam pelaksanaannya.

Untuk diketahui, dalam perayaannya tersebut, biasanya masyarakat Lombok mengunjungi tempat-tempat wisata dan berziarah ke pemakaman para leluhur yang semasa hidupnya berjasa dalam menyebarkan ajaran Islam.

"Generasi baru harus memahami nilai-nilai kearifan budaya lokal yang terkandung di dalamnya, karena mereka merupakan pewaris dari tradisi budaya Sasak," kata Mamiq.

Terpopuler