REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Masjid Sang Cipta Rasa adalah masjid yang terletak di komplek Keraton Kasepuhan Cirebon. Masjid yang dibangun pada tahun 1422 tersebut memiliki beberapa keunikan baik secara tradisi maupun secara arsitektur bangunannya.
Salah satu keunikan tersebut adalah bahasa yang digunakan saat khutbah shalat Ied. "Salah satu tradisi yang terdapat di masjid ini adalah tradisi pengggunaan bahasa Arab dalam khotbahnya, tradisi ini sudah kami lakukan sejak pertama masjid ini digunakan pada abad keempat belas," ucap pengelola Masjid Sang Cipta Rasa Mahfud.
Usai Khatib berkhutbah dengan bahas Arab, ia kembali berkhutbah dengan terjemahan bahasa Indonesia dari isi khotbah yang berbahasa Arab tersebut. Ini dilakukan agar masyarakat yang belum memahani tentang bahasa Arab tetap dapat mengetahui isi dari khotbah tersebut.
"Tradisi penggunaan bahasa arab dalam khotbah selalu kita lakukan dalam khutbah shalat Ied, baik untuk shalat Ied saat Idul Fitri maupun saat Idul Adha," ucap Mahfud.
Ia juga menjelaskan bahwa selain saat khotbah shalat Ied, bahasa Arab juga digunakan saat khotbah dalam shalat Jumat. Hanya saja saat khotbah dalam shalat Jumat bahasa Arab tidak diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
Makna
Mahfud juga menjelaskan mengenai makna dari nama Masjid Sang Cipta Rasa. Makna kata 'Sang' adalah Keagungan, sedangkan makna kata 'Cipta' adalah Dibangun, kemudian makna kata 'Rasa' adalah Digunakan. Dengan demikian, nama masjid tersebut bermakna Masjid yang agung atau besar yang dibangun untuk digunakan oleh seluruh umat muslim.
Selain itu Masjid Sang Cipta Rasa juga dikenal dengan sebutan Masjid Agung Kasepuhan karena Masjid tersebut merupakan masjid yang dikelola dibawah naungan Keraton Kasepuhan Cirebon.
Saat bulan Ramadhan masjid tersebut juga memiliki tradisi unik yang masih terjaga hingga saat ini. Tradisi tersebut berupa kegiatan membaca Alquran tiga puluh Juz yang dilakukan sejak sore hari hingga pagi hari. Kegiatan tersebut rutin dilakukan saat bulan Ramadhan hari ke-27.