Kecintaan pada Pemimpin Jangan Hilangkan Sikap Kritis

Rep: heri purwata/ Red: Damanhuri Zuhri

Selasa 29 Jul 2014 02:13 WIB

Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik memberikan hasil rekapitulasi penghitungan suara nasional dan luar negeri pemilihan Presiden 2014 kepada Presiden terpilih, Joko Widodo di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (22/7). Foto: Agung Supriyanto/Republika Ketua KPU RI, Husni Kamil Manik memberikan hasil rekapitulasi penghitungan suara nasional dan luar negeri pemilihan Presiden 2014 kepada Presiden terpilih, Joko Widodo di Gedung KPU, Jakarta, Selasa (22/7).

REPUBLIKA.CO.ID, WATES -- Kecintaan terhadap pemimpin yang baru tidak boleh menghilangkan daya kritis. Sedangkan kebencian terhadap pemimpin jangan sampai menghilangkan ketaatan dalam bernegara.

Demikian dikatakan Abdul Rahman, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kulonprogo pada khutbah Idul Fitri 1435 H di Alun-alun Wates, Kulonprogo, DIY, Ahad (28/7).

Shalat Idul Fitri diikuti Bupati Kulonprogo, H Hasto Wadoyo, Wakil Bupati Sutedjo, para pejabat dan ribuan warga Kulonprogo.

Dikatakan Abdul Rahman, pada pemilihan umum, khususnya pemilihan presiden telah terjadi dua kubu yang berbeda. Sehingga sempat terjadi saling mengunggulkan masing-masing calon.

Namun kini sudah diketahui siapa calon pemimpin atau presiden yang baru terpilih. "Sebagai warga negara yang baik, kita harus menghormati pemimpin, meskipun bukan pilihan kita," kata Abdul Rahman mengingatkan.

Ia mengharapkan presiden terpilih dapat menjalankan tugas dengan baik seperti yang dijanjikan dalam kampanye. "Syarat mentaati pemimpin adalah selama pemerintahannya tidak mengandung kemaksiatan," katanya.

Setelah Ramadhan, lanjut Abdul Rahman, merupakan ajang untuk mewujudkan rasa kasih sayang terhadap sesama.

Karena itu, ketika ada orang yang mengajak berkelai, tidak perlu dilayani.  "Terwujudnya kasih sayang antar manusia merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan bermasyarakat," katanya.

Terpopuler