REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdhatul Ulama (NU),  Khofifah Indar Parawansa, menyatakan Idul Fitri merupakan momentum bagi seorang Muslim untuk meninggalkan sifat-sifat yang tidak baik atau tercela.

"Selama berpuasa di bulan Ramadhan, kita membakar berbagai sifat-sifat tercela seperti nafsu amarah, sikap menang sendiri, arogansi dan egoisme," tutur Khofifah saat dihubungi Republika, Senin (28/7).

Setelah berpuasa, lanjut Khofifah, hendaknya sifat-sifat tidak baik itu dihapus dari seorang Muslim dan hanya menyisakan sifat-sifat baik atau terpuji saja.

Sifat-sifat terpuji itu, papar Khofifah, ibarat bayi yang baru lahir dan masih dalam keadaan futrah, suci tanpa ternodai riak-riak kehidupan.

Khofifah pun menyatakan setiap Muslim yang lulus (bukan lolos) dari pelatihan selama bulan suci Ramadhan akan kembali ke fitrah seperti bayi yang baru lahir.

Di bulan Syawal ini, jelas Khofifah, 10 hari pertama adalah 'awwalun rahmatan' atau bulan penuh rahmat. Jadi, Ummat Islam sepatutnya saling sayang-menyayangi sehingga rasa kesejukan dapat terwujud.

"Ummat Islam hendaknya saling menghormati, menghargai dan mendukung satu sama lain, "wa ausatun ma'rifatun", di bulan Syawal ini," ungkap Khofifah.

Jika ummat Islam mampu lulus dari bulan Ramadhan serta meninggalkan sifat-sifat tercela dan kezhaliman di bulan Syawal dan sesudahnya, maka Allah SWT menjanjikan surga sebagai balasan bagi hamba-hamba-Nya yang taat.

"Tinggalkan arogansi, egoisme dan emosi yang tidak baik. Mari wujudkan sifat-sifat terpuji dengan momentum Idul Fitri ini," imbau Khofifah.

Terpopuler

01 January 1970, 07:00