REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK – Ziarah kubur atau mendoakan orang tua ataupun sanak famili yang sudah meninggal mewarnai Lebaran hari pertama di Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat, Senin (28/7).
"Kami selalu menyempatkan waktu untuk berziarah di kubur, untuk mendoakan almarhum orang tua dan sanak famili yang sudah terlebih dahulu di panggil oleh Allah SWT," kata Hatijah, salah seorang penziarah di makam Muslim Bekut, Kecamatan Tebas, Pontianak.
Ia menjelaskan, ziarah kubur pada hari pertama Lebaran memang sudah menjadi tradisi masyarakat di Kabupaten Sambas sejak puluhan tahun lalu hingga saat ini. "Ziarah kubur dilakukan guna mendoakan yang telah meninggal, agar jalannya dilapangkan, dan segala amalnya diterima di sisi Allah SWT," ujar ibu tiga anak itu.
Hal senada juga diakui oleh Zailani (50), warga Desa Sempalai, Kecamatan Tebas. "Setiap tahun, Lebaran pertama, saya selalu ziarah ke kubur almarhum bapak saya di Kabupaten Bengkayang," kata ayah lima anak tersebut.
Sebagian besar umat Islam yang merayakan Lebaran di pantai utara, Kabupaten Sambas menyajikan lontong sayur dan kue lapis khas daerah itu bagi tamu yang berkunjung.
Mia (30), salah seorang warga Desa Sempalai mengaku selalu menghidangkan lontong sayur dan kue lapis khas Sambas bagi setiap tamu yang berkunjung, baik kerabat maupun tetangga.
Dua macam hidangan itu, katanya, sudah menjadi tradisi sejak turun temurun hingga saat ini. "Setiap tamu terutama keluarga saat berkunjung selalu mencari menu lontong sayur, setelah itu baru kami menghidangkan kue lapis."
Kue lapis khas Sambas sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Sambas terdahulu. Konon, kue lapis khas itu dihidangkan oleh pihak keluarga kerajaan kepada tamu yang dihormati.
Lontong sayur khas Sambas, yakni perpaduan berbagai jenis sayur, kacang panjang, wortel, kentang, kol, mi "sanggol" yang hanya ada di Sambas, kemudian "serondeng" yang dibuat dari kelapa dicampur udang kecil dan rempah kacang.