REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK BARAT – Pemuda Desa Senggigi yang tergabung dalam Taruna Siaga Bencana Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) menyiapkan perahu penyelamat untuk mengantisipasi kecelakaan di pantai ketika masyarakat mulai "menyerbu" kawasan wisata tersebut untuk menikmati libur Lebaran.
"Kami sudah siagakan perahu penyelamat bantuan dari Dinas Perhubungan untuk mengantisipasi kalau-kalau ada pengunjung yang terseret arus," kata Ketua Karang Taruna Desa Senggigi, Mastur, Senin (28/7).
Ia mengatakan kawasan wisata Pantai Senggigi sudah mulai ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai pelosok Pulau Lombok setelah shalat Idul Fitri 1435 Hijriah. Mereka datang berbondong-bondong bersama keluarga menggunakan kendaraan roda empat.
Ada juga yang datang secara perorangan menggunakan sepeda motor. "Selain dari Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, ada juga warga dari Kabupaten Lombok Tengah," ujarnya.
Mastur memperkirakan kawasan wisata Pantai Senggigi akan terus dipadati pengunjung dalam beberapa hari ke depan dan puncaknya ketika momentum "Lebaran Topat" (Lebaran Ketupat) atau tujuh hari setelah Idul Fitri 1435 Hijriah.
"Lebaran Topat" adalah tradisi yang dilaksanakan masyarakat Sasak (Etnis Lombok) sepekan setelah Idul Fitri. Tradisi itu adalah suatu "lebaran kecil" setelah umat Islam menunaikan puasa sunah bulan Syawal, yaitu puasa selama enam hari berturut-turut setelah Idul Fitri.
Pada hari tersebut selepas Subuh, masyarakat di Pulau Lombok merayakannya dengan beramai-ramai mendatangi tempat wisata, seperti pantai ataupun beberapa makam leluhur.
Mereka datang bersama keluarga dengan membawa bekal ketupat, kue bantal, maupun lauk-pauk dan bermacam-macam penganan layaknya berekreasi.
"Saat 'Lebaran Topat' nanti kawasan wisata Senggigi, akan sangat padat oleh ribuan warga. Itu sudah biasa setiap tahun. Makanya teman-teman pemuda Desa Senggigi, berperan membantu pengamanan, termasuk untuk keselamatan pengunjung yang mandi di pantai," ujar Mastur.
Upaya antisipasi berupa penyediaan perahu penyelamat, kata dia, dilatarbelakangi karena seringnya kejadian pengunjung tenggelam terseret arus, terutama di Pantai Kerandangan. "Hampir setiap tahun ada korban, kalau tidak pada saat momentum Lebaran, ya pada saat
tahun baru atau musim liburan sekolah."