REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rukyatul hilal atau observasi bulan sabit digelar di berbagai titik strategis di Indonesia, Ahad (27/7) sore ini atau bertepatan dengan 29 Ramadhan 1435 H. Rukyat diselenggarakan di kawasan pantai, bukit, menara atau balai rukyat yang mempunyai ketinggian tertentu terhadap ufuk barat.
Ketua Lajnah Falakiyah PBNU, KH A Ghazalie Masroeri, mengatakan pihaknya mengkoordinasi sedikitnya 70 titik rukyat di seluruh Indonesia.
''Kami mengimbau agar hasil rukyat segera dilaporkan ke Lajnah Falakiyah PBNU, baik berhasil atau tidak,'' kata Ghazalie seperti dikutip dari laporan NU Online.
Berdasarkan data hisab atau perhitungan astronomis yang dilakukan oleh Lajnah Falakiyah, Ghazalie mengatakan, umur bulan pada saat diadakan rukyat sudah melebihi 12 jam melewati masa ijtima’ atau konjungsi. Sementara tinggi hilal pada saat matahari terbenam sudah mencapai 3,5 derajat dan jarak antara bulan dengan matahari mencapai 5 derajat.
''Jadi berdasarkan prediksi hisab itu sudah ideal untuk rukyat. Namun kami tetap mengimbau para perukyat untuk melaksanakan shalat hajat terlebih dahulu agar usaha kita dimudahkan oleh Allah SWT. Walaupun menurut prediksi hisab, hilal sudah bisa dilihat tapi kalau kita takabur malah Allah tidak akan menunjukkan hilal kepada kita,'' kata Ghazali.
Ditambahkannya, Lajnah Falakiyah PBNU juga berharap warga nahdliyin dan umat Islam pada umumnya dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan rukyat bersama para ahli hisab-rukyat setempat, dengan memanfaatkan peralatan yang dipunyai, semisal teleskop atau kamera digital untuk dokumentasi.
Beberapa daerah atau cabang NU yang tidak mempunyai lokasi rukyat strategis dapat bergabung dengan daerah sekitarnya. ''Rukyat dapat bernilai ta’abudi (ibadah),'' kata Ghazalie.