Idul Fitri, Momentum Tepat Akhiri Perselisihan Antarumat (3-habis)

Rep: c87/c78/c57 / Red: Damanhuri Zuhri

Ahad 27 Jul 2014 05:50 WIB

Bersalaman saling memaafkan di hari Idul Fitri. (ilustrasi) Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Bersalaman saling memaafkan di hari Idul Fitri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Andi Muhammad Ikhbal

Ketua Dewan Pimpinan MUI Pusat Slamet Effendy Yusuf menyatakan, makna Idul Fitri ialah membebaskan diri dari sesuatu yang sudah menjerat dan mengakar di dalam diri.

Setelah kembali fitrah, papar Slamet, seorang Muslim kembali berperan dan mengabdi di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negaranya.

“Seorang Muslim yang memiliki peranan besar di lingkungan sekitarnya diharapkan dapat mengamalkan semangat kembali ke fitrah itu,” kata Slamet.

Sementara bagi wakil presiden terpilih HM Jusuf Kalla (JK), Idul Fitri adalah sesuatu yang esensial. Alasannya, momentum hari kemenangan itu dianggap waktu yang tepat untuk berkumpul dengan keluarga.

Dia mengatakan, pada hari pertama lebaran nanti dia masih berada di kediamannya, Jalan Brawijaya, Jakarta. Sedangkan pada hari kedua, ia baru berangkat mudik ke Makassar.

Menurut JK, pulang kampung memiliki nilai berbeda bagi Indonesia. “Mudik itu hidup dan matinya kita,” kata JK kepada //Republika//, di kediamannya, Jumat (25/7).

Terpopuler