Idul Fitri, Momentum Tepat Akhiri Perselisihan Antarumat (2)

Rep: c87/c78/c57/ Red: Damanhuri Zuhri

Ahad 27 Jul 2014 05:45 WIB

Bersalaman saling memaafkan di hari Idul Fitri. (ilustrasi) Foto: Republika/Aditya Pradana Putra Bersalaman saling memaafkan di hari Idul Fitri. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Andi Muhammad Ikhbal

Hidayat menambahkan, Idul Fitri juga menjadi momentum tepat bagi umat untuk bersyukur kepada Allah SWT dan menampakkan kegembiraan terhadap sesama.

Allah SWT menganugerahkan kita momen penting Hari Raya Idul Fitri agar manusia tidak putus asa, putus harapan, dan terpuruk. “Manusia diajak kembali ke fitrah keislaman, kerahmatan, keunggulan, dan segala kebaikan,” kata Hidayat.

Selain menjadi momentum untuk kembali bersatu, Idul Fitri juga dimaknai sebagai perbaikan energi pemberantasan korupsi bagi Indonesia Corruption Watch (ICW).

Koordinator ICW Ade Irawan, menilai, ibadah kepada sesama manusia merupakan ibadah dalam memberantas korupsi. “Banyak nilai dan ada tambahan energi baru yang semakin menguatkan kita. Karena ibadah kami di ICW ini melawan korupsi,” kata Ade.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsudin memaknai Idul Fitri berdasarkan pada makna kata fitrah, yakni suci atau kesucian. Idul Fitri merupakan hari raya kesucian, kekuatan, dan kemenangan.

Din mengharapkan, pada Idul Fitri, kaum beriman yang telah selesai menempuh pelatihan Ramadhan agar terlahir dengan fitrah kemanusiaan dalam dimensi suci dan kuat. Itu menjadi faktor kaum beriman dapat meraih kemenangan.

Makna Idul Fitri hanya akan tercapai kalau kaum beriman secara efektif menjadikan pelatihan Ramadhan dengan dua fungsi utama, yakni tazkiyatun nafsi (penyucian diri) dan taqwiyatun nafsi (penguatan diri). “Kedua dimensi ibadah Ramadhan ini akan membawa kepada kepribadian paripurna,” kata Din.

Terpopuler