REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ani Nursalikah
DAMASKUS -- Di tengah perang saudara, Muslim di pinggiran Damaskus, Suriah, mencoba menjaga tradisi Ramadhan di kota tersebut. Pada malam hari banyak keluarga berkumpul di sebidang tanah berumput yang berdebu di pinggir jalan raya.
Berpiknik di pinggir jalan raya merupakan tradisi di Suriah selama puasa. Perang tampaknya tidak menghalangi warga menikmati suasana Ramadhan.
“Saya terkejut dengan banyaknya keluarga yang duduk di rerumputan ini. Anak-anak, perempuan, pria, semua keluar saat listrik dimatikan,'' ujar Abu Zaidoun (35).
Sebagaimana dilansir The National, Rabu (23/, Abu Zaidoun mengungkapkan, warga Damaskus, Suriah, memakan buah, bermain, dan menghisap sisha seperti yang dulu pernah mereka lakukan sebelum terjadinya perang saudara.
Dia menambahkan, orang-orang biasa keluar saat tengah malam. Jalanan penuh kendaraan lalu-lalang. Warga seperti tidak peduli perang sedang berlangsung.
Tahun lalu di Nahar Isha, wilayah itu sepi orang saat malam. Lubang bekas peluru menghiasi gedung-gedung. Puing-puing bangunan berserakan akibat penembakan oleh tank berserakan.
Di wilayah yang cukup makmur di pusat Kota Damaskus, penduduknya menyangkal telah terjadi perang. Beberapa di antaranya menganggap perang terjadi di tempat lain.
“Saya sangat senang Ramadhan tahun ini. Orang-orang pergi ke pasar, kedai kopi, mereka menonton Piala Dunia, dan mencoba melupakan pembunuhan dan pertumpahan darah,” kata seorang sopir taksi dari Ruken Al Deen di utara Damaskus.