Menjaga Tradisi Ramadhan Tetap Hidup di Suriah

Rep: Ani Nursalikah/ Red: Chairul Akhmad

Sabtu 26 Jul 2014 13:05 WIB

Masjid Khalid Ibn al-Walid di Kawasan Khaldiyeh, Homs, Suriah. Foto: AP Photo/SANA Masjid Khalid Ibn al-Walid di Kawasan Khaldiyeh, Homs, Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Banyak tradisi yang muncul saat Ramadhan. Di pinggiran Damaskus, di malam hari banyak keluarga berkumpul di sebidang tanah berumput yang berdebu di pinggir jalan raya.

Tradisi tersebut hidup kembali Ramadhan tahun ini meski perang sipil telah berlangsung sejak 2011. Piknik di pinggir jalan raya merupakan tradisi di Suriah. Perang tampaknya tidak menghalangi warga menikmati suasana Ramadhan.

"Saya terkejut dengan banyaknya keluarga yang duduk di rerumputan ini. Anak-anak, perempuan, pria, semua keluar saat listrik dimatikan. Mereka memakan buah, bermain dan menghisap sisha seperti yang dulu pernah mereka lakukan," ujar seorang pegawai pemerintah Abu Zaidoun (35 tahun), seperti dilansir The National.

Dia menambahkan, orang-orang biasa keluar saat tengah malam. Jalanan penuh kendaraan lalu-lalang. Warga seperti tidak peduli perang sedang berlangsung.

Tahun lalu, masih di Nahar Isha, wilayah itu sepi orang saat malam. Lubang bekas peluru menghiasi gedung-gedung. Puing-puing bangunan akibat penembakan oleh tank berserakan.

Di wilayah yang cukup makmur di pusat Kota Damaskus, penduduknya menyangkal terjadi perang. Beberapa mennganggap perang terjadi di tempat lain. Yang lainnya berusaha menyelamatkan diri dengan mengungsi ke Lebanon.

Namun, di wilayah yang miskin sulit menyangkal terjadinya perang. Kebrutalan perang telah merenggut nyawa lebih dari 160 ribu orang. Serangan udara, bombardir rudal dan baku tembak mewarnai Ramadhan. Namun, di tahun keempat perang ini, keadaannya terasa berbeda.

"Saya sangat sebagai di Ramadhan tahun ini. Orang-orang pergi ke pasar, kedai kopi, mereka menonton Piala Dunia dan mencoba melupakan pembunuhan dan pertumpahan darah," kata seorang sopir taksi dari Ruken al-Deen di utara Damaskus.

Pasukan yang loyal kepada Presiden Bashar al-Assad juga telah melonggarkan keamanan di pos pemeriksaan sejak dimulainya Ramadhan. Pos keamanan tersebut di antaranya di jalan besar yang menghubungkan Bab Masala dengan pasar Mezzeh melalui Kafr Susa.

Dua tahun lalu, jalanan tersebut ditutup seluruhnya selama Ramadhan. Tahun ini, kehadiran pasukan keamanan jauh berkurang. Pos pemeriksaan besar dimana terdapat beberapa tank juga telah ditarik. Penarikan tank itu membuat lalu lintas menjadi lancar karena tidak ada antrean.

"Banyak orang lega dengan dibubarkannya pos pemeriksaan. Mereka merasa lebih aman meninggalkan rumah saat malam hari. Restoran dan kafe sekarang lebih padat dibandingkan sebelumnya," kata salah seorang warga.

Ramadhan tahun ini jelas berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Banyak orang telah menyesuaikan diri hidup di tengah kondisi krisis. Penduduk Suriah berusaha menikmati hidup mereka dan berusaha tidak memikirkan pertempuran yang berlangsung di negara mereka.