REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai warga Negara, momen hari raya Idul Fitri harus dijadikan ajang menyudahi segala silang sengekta dan perselisihan.
"Amaliah Ramadhan mencakup puasa, zakat, iktikaf dan yang lainnya merupakan ajang pelatihan yang jika dilaksanakan secara sungguh-sungguh, berguna menekan hawa nafsu sehingga hati manusia menjadi lembut," kata Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin pada Jumat (25/7) di Rumah Dinas Menteri Agama, Komplek Perumahan Widya Chandra III No. 9 Jl Gatot Subroto Jakarta Selatan.
Dalam membangun semua itu, lanjut dia peran para tokoh agama juga menjadi penting dalam menyebarluaskan esensi Idul Fitri sebagai sarana membangun solidaritas dan persatuan semua anak bangsa.
Mendekati akhir Ramadhan, ia pun mengingatkan agar masyarakat Muslim terus berupaya meraih lailatul qadar. Sebab amatlah beruntung apabila seorang hamba dapat meraihnya, dan dapat mengekspresikan raihan lailatul qadar dengan menjadi manusia baru.
Maksud dia, manusia baru dalam artian ia yang memiliki hati bersih, serta selalu mengupayakan amalan baik yang disenangi Allah sepanjang tahun. “Selain itu, ibadah vertikal yakni yang langsung kepada Allah juga harus diimbangidengan ibadah sosial, di mana umat juga menyibukkan diri dengan memberi manfaat pada sesamanya,” pungkasnya.
Sementara itu, tokoh pencetus ide sekaligus pendiri ESQ Leadership Center Ary Ginanjar Agustian mengatakan, Idul fitri ini bisa menadi pengobat agar bangsa kita kembali bersatu. Idul Fitri tahun 2014 merupakan Momen pengobat luka bangsa Indonesia. Sebab, bulan Ramadhan yang spesial karena dibarengi momen Pilpers dan Piala Dunia.
"Ramadhan kali ini spesial karena ujiannya berat, pilpres dan piala dunia mau tak mau mengganggu kekhusukan puasa," katanya. Namun, keistimewaan puasa tahun ini merupakan juga momen baik bagi mereka yang dapat menjaga kekhusukannya, agar mendapatkan keutamaan dari Allah akibat dirinya yang mampu melewati semua godaan besar.
Terkait ritual agama yang cenderung tidak dimaknai secara utuh oleh masyarakat ia mengatakan bahwa hal tersebut merupakan pekerjaan rumah semua umat Islam dan ulama untuk kembali mengarahkan ritual agama Islam ke arah pemaknaan yang lebih baik. "Tujuan akhirnya, rangkaian ibadah itu menjadi ajang perbaikan akidah dan akhlak," katanya.