Lebaran Tak Lengkap tanpa Ketupat (3-habis)

Rep: c73/ Red: Damanhuri Zuhri

Sabtu 26 Jul 2014 00:08 WIB

Pedagang merangkai janur kelapa menjadi ketupat. Foto: Republika/Aditya Pradana Putra/ca Pedagang merangkai janur kelapa menjadi ketupat.

REPUBLIKA.CO.ID,

Di Sumatra, ketupat biasanya disantap bersama kari atau gulai.

Dalam buku Pusaka Kuliner Nyonya Rumah, 1.200 Resep Masakan dan Kue Legendaris karya Julie Sutarjana disebutkan, ketupat pada dasarnya sama dengan lontong.

Hanya saja, cangkang yang digunakan untuk ketupat terbuat dari daun kelapa atau lontar. Sedangkan, lontong dibungkus dengan daun pisang kelutuk, kemudian disemat lidi.

Mengenai opor ayam, Julie menulis, sajian ini berbeda dari kari ayam. Opor ayam adalah kari yang berwarna putih dengan perpaduan rempah-rempah dan santan yang gurih. Opor ayam yang enak sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan yang digunakan.

“Opor akan lebih nikmat bila menggunakan ayam kampung ketimbang ayam negeri dan akan lebih mantap bila menggunakan santan segar daripada santan kemasan.”

Lalu, bagaimana dengan gulai? Menurut Executive Sous Chef Restoran Sana Sini, Hotel Pullman Jakarta, Heri Purnama, gulai tak sama dengan opor.

Perbedaan antara dua sajian ini terletak pada bumbu dan rempah yang digunakan. Opor menggunakan bumbu warna putih yang terbuat dari sejumlah bahan, seperti kemiri, bawang putih, bawang merah, dan ketumbar.

Sedangkan, gulai menggunakan bumbu warna merah dengan bahan-bahan, antara lain, asam kandis, santan, dan aneka rempah-rempah, seperti lada, cengkih, kayu manis, kapulaga, serai, dan biji pala.

Aneka rempah ini kemudian dipadukan dengan bumbu yang halus dan terbuat dari bawang putih, bawang merah, kemiri, cabai merah, jintan, ketumbar, kunyit, adas, jahe, dan lengkuas.

Jika hendak membuat opor, Heri mengingatkan untuk merendam ayam terlebih dahulu dengan air asam selama 15 menit. Tujuannya agar ayam tidak berbau amis. “Dan saat disajikan, pastikan peranti sajinya dalam keadaan kering supaya opor tidak cepat basi.”

Terpopuler